Jadilah engkau..
Orang yang...
Kehadirannya diharapkan,
Suaranya didengar,
Kebaikannya ditiru, dan
Gagasannya dilanjutkan...

Kanzii Adzi,

Think Fresh, Do The Best

Kamis, 16 Desember 2010

SULITNYA MENJADI WASIT SEPAK BOLA


Salam olah raga…!!!

Anda seorang pemain sepak bola? Atau anda seorang supporter salah satu klub sepak bola? Anda seorang komentator pertandingan sepak bola? Atau anda seorang wasit sepak bola? Mungkin anda menjawab ya, pada salah satu pertanyaan yang saya ajukan. Akan tetapui apabila pertanyaan itu diajukan kepada saya, tentu jawaban saya tidak semua, karena saya hanya seorang penikmat sepak bola, yang suka menonton pertandingan sepak bola, baik langsung di lapangan ataupun lewat televisi. Saya dari Cilacap, sehingga saya mendukung Klub PSCS Cilacap, yang musim ini mengawali karir di Divisi Utama Liga Indonesia (Liga T-Phone) musim 2010-2011.

Jum’at, tanggal 10 Desember 2010 jadwal mempertandingkan PSIM Jogjakarta vs PSCS Cilacap. Sebagai pendukung, dan pertandingan dilaksanakan di Stadion Mandala Krida, Jogjakarta, saya pun tak melewatkan kesempatan untuk mendukung langsung klub kebanggaan kota Nusakambangan itu. Pukul 19.30 WIB kick off pertandingan dilaksanakan ditandai dengan bunyi peluit wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Meski akhirnya kalah dengan skor akhir 2-0 untuk kemenangan PSIM Jogja, saya tidak kecewa, karena tujuan utama saya bukanlah kemenangan PSCS Cilacap. Tujuan utama saya adalah menyaksikan secara langsung klub kota ngapak ini bertanding di lapangan, mumpung sedang di Jogja.

Akan tetapi, tetap ada kekecewaan yang muncul pada diri saya. Kekecewaan itu adalah kurang santunnya supporter masing-masing klub terhadap wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Memang, komentator hanya bisa mengkritik orang lain, tidak merasakan atau mengalami langsung kejadian yang sesungguhnya. Begitu juga supporter,, hanya bisa menjelek-jelekkan wasit saat pertandingan berlangsung. Padahal, jika supporter itu disuruh menjadi wasit, belum tentu mereka bisa melaksanakannya dengan baik pula. Karena, saya yakin, seorang wasit tentu telah memiliki sertifikat untuk memimpin sebuah pertandingan sepak bola.

Ketika pertandingan berlangsung, jika keputusan wasit dianggap kurang mendukung klub dukungannya itu, kata-kata kotor dan kurang pantas dilontarkan kepada wasit oleh para supporter . Bahkan, dengan mudah dan enaknya, mereka mengata-ngatai wasit, “Wasitnya goblok, wasitnya goblok” atau “Wasitnya ganti, wasitnya ganti” sampai berulang-ulang. Hal yang sepantasnya tidak terucap oleh seorang supporter yang santun, yang menerima apapun keputusan wasit, selama keputusan itu wajar dan adil. Karena pasti, ada dasarnya seorang wasit dalam mengambil keputusan saat pertandingan berlangsung.

Akan tetapi, saya salut kepada wasit saat itu. Meskipun dicemooh ratusan supporter , mereka sama sekali tidak menghiraukan apa yang dikatakan para supporter . Meski, saya yakin dalam hati wasit juga agak sedikit kesal, marah, dan sebagainya. Bahkan, mereka bertindak seolah tidak ada ratusan supporter mencaci dan meneriaki mereka.

Itulah, gambaran kecil sulitnya menjadi wasit sepakbola. Perlu mental baja untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk yang akan menimpanya. Sedikit saja dianggap tidak adil memimpin pertandingan, cacian, makian akan datang menghujam jantung mereka. Bahkan, mungkin aka nada botol minuman, atapun bogem mentah yang mendarat di wajahnya. Salut untuk wasit sepak bola. Pengabdianmu akan selalu saya kenang, akan kesabaranmu menghadapi situasi yang mungkin jika menimpa saya, takkan mampu saya menghadapinya.

Wallohu a’lam,

(Prayogo Setiawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar