Jadilah engkau..
Orang yang...
Kehadirannya diharapkan,
Suaranya didengar,
Kebaikannya ditiru, dan
Gagasannya dilanjutkan...

Kanzii Adzi,

Think Fresh, Do The Best

Sabtu, 16 Februari 2013

TROPHI PERDANA - ANTARA SEPAK BOLA, MISTIS, DAN PRESTISE TROPHI PERDANA ANTARA SEPAK BOLA, MISTIS, DAN PRESTISE


Ini kisahku, pengalaman unik nan mengesankan. Pengalaman yang ku dapat, kala menjalani tugas pengabdian di tanah rencong, Aceh. Tugas mendidik anak-anak di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Program SM-3T namanya. Sarjana Mendidik di daerah 3T, program dari pemerintah (Dikti) yang diselenggarakan melalui Universitas Negeri Yogyakarta. SMA Negeri 1 Tripe Jaya, sekolah tempatku mengabdi. Sekolah yang berada di Kampung Rerebe, Kecamatan Tripe Jaya, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh. Meski bukan dalam bidang pendidikan, cerita ini layak dibagi-bagi, karena menyangkut kebudayaan masyarakat daerah tempat tugasku. Maaf kalau ada atau menyinggung SARA dalam cerita ini. Semata-mata, hanya untuk memperbaiki pola pikir masyarakat. Siapa tahu, dari cerita ini ada yang mampu memperbaiki, menyadarkan budaya masyarakat di sana. Kan ujung-ujungnya juga demi kebaikan kita bersama, ya nggak? Amiin… Mari mulai saja kisahnya, jangan berlama-lama pada intro.

Anda seorang pecinta sepak bola? Bagi yang menjawab ‘ya’, pasti tau dong istilah derbi? Eh, tapi bukan Derbi Romeo yang terkenal dengan lagu Gelora Asmaranya ya, hehehehe… Ada yang tak tau arti derbi dalam sepak bola? Aku rasa bola mania tentu tau dan akrab dengan kata yang satu ini. Dalam sepak bola, istilah derbi berarti pertandingan yang mempertemukan klub sepak bola yang berada dalam satu wilayah atau kota. Hayo, coba sebutkan contohnya! Baiklah. Derbi Della Madonina, AC Milan vs Internazionale Milan; El Clasicco, Real Madrid vs Barcelona; Derbi Della Capitale, AS Roma vs Lazio; atau Derbi Manchester, Manchester United vs Manchester City. Waaaaah, 100 buat anda. Bagaimana saudara semua? Barangkali tak asing di telinga laga derbi yang disebutkan tadi. Kenapa? Karna, laga derbi yang disebutkan adalah laga derbi terpanas dalam dunia sepak bola. Meski, masih banyak derbi-derbi lain yang tak kalah menarik dan menegangkan.

Lantas, apa yang dipermasalahkan dengan derbi ini? Prestise. Ya, sepak bola memilikim kaitan yang erat dengan prestise, atau lebih mudahnya harga diri. Apalagi dalam laga derbi. Aroma prestise dalam laga derbi begitu kental. Ini karena menyangkut harga diri, siapa tim terbaik dalam satu kota atau dalam satu wilayah. Tim yang memenangi laga derbi, dianggap sebagai sang penguasa kota. Tak hanya bagi pemain atau klub saja. Namun juga bagi para supporter sebagai pemain kedua belas, hingga masyarakat wilayah tersebut. Karna dianggap sebagai laga pertaruhan harga diri, sering kali laga derbi diwarnai pertandingan menjurus kasar dank eras, banjir kartu, hingga kerusuhan antar-pemain atau antar-supporter. Semua itu dilakukan semata-mata untuk mempertahankan prestise atau harga diri tadi. Ya. memang sepak bola sangat erat hubungannya dengan prestise, terutama dalam laga derbi.

Bagaimana dengan mistis dalam sepak bola? Adakah kaitannya? Bendera “My Game is Fair Play” yang selalu dikibarkan sesaat sebelum suatu pertandingan sepak bola dimulai, mengharuskan setiap klub menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas kala bertanding dengan lawan-lawannya. Tak hanya sepak bola tentunya. Olahraga-olahraga lain pun pasti mengharuskan menjaga sportivitas, baik antar-pemain, antar-klub, hingga antar-supporter. Tindakan diving, memukul pemain, menghina wasit, dan rasialisme cerminan tindakan tak sportif yang tidak disukai wasit, supporter, dan penikmat sepak bola. Kartu kuning dan kartu merah, sanksi, larangan bermain, dan denda dibuat dan dilaksanakan untuk mencegah dan menghindari, serta menghukum bagi pemain atau pelatih yang ketahuan melakukan tindakan tak sportif.

Apalagi, menggunakan kekuatan ghaib, mistis, sihir, guna-guna, dan semacamnya dengan tujuan mencederai pemain, menjaga gawang agar tak kebobolan, dan lainnya juga tidak diperbolahkan dilakukan dalam sepak bola. Namun, sepertinya, dalam dunia modern saat ini sudah tak zaman lagi menggunakan kekuatan mistis dalam sepak bola. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, serta berkembangnya pola pikir manusia yang semakin maju menghilangkan unsur mistis dalam dunia sepak bola. Bahkan, sepertinya tidak ada lagi. Tak pernah dalam tayangan televisi, baik di Indonesia ataupun di negara lain yang masih menggunakan makhluk ghaib atau kekuatan mistis sebagai pemain kedua belas dalam suatu pertandingan sepak bola. Ya, tak pernah dijumpai. Yang ada, pemain tiba-tiba meninggal di lapangan. Namun bukan karna pengaruh kekuatan mistis atau makhluk ghaib, melainkan karena serangan jantung, benturan kepala dengan pemain lain, atau musibah lainnnya. Yang jelas, bukan karena adanya pengaruh kekuatan mistis.

Lho… Lalu, bagaimana dengan judul cerita ini? Bukankah judulnya “Trophi Perdana, antara Sepak Bola, Mistis dan Prestise”? berarti, harusnya ada kaitannya antara sepak bola, mistis, dan prestise itu. Tapi, dari paparan di atas, hanya disebutkan sepak bola hanya ada hubungannya dengan prestise. Sedangkan mistis dan sepak bola tak dijelaskan, karna tidak ada hubungannya. Waduh, siapa yang salah sekarang, judul ceritanya atau yang menulis dan membuat judul cerita? Tidak ada yang salah, dan tak perlu ada yang disalahkan, apalagi saling menyalahkan. Judul cerita ini memang benar kok. Suer deh. Gak percaya? Biar ku ceritakan ya. Agar percaya, bahwa ternyata memang masih ada sepak bola yang menggunakan kekuatan mistis atau makhluk ghaib sebagai pemain kedua belas saat pertandingan di lapangan. Ini fakta lho, sama sekali tidak mengada-ada. Aku melihat dengan mata kepala secara langsung, juga terlibat dalam pertandingan itu. Bahkan, aku juga hampir menjadi korban. Namun Alhamdulillah tak terjadi. Penasaran? Mau tau ceritanya? Let’s check it out guys. Dibaca baik-baik dan pelan-pelan ya…

Kamis, 27 September 2012. Cerita ini bermula dari keikutsertaan sekolahku dalam turnamen sepak bola se-kecamatan Tripe Jaya, yang diselenggarakan di Kampung Pulau Gelime -salah satu kampung di kecamatan Tripe Jaya-. Ingat! Meski seorang guru, aku juga ikut bermain ya. Bahkan menjadi pemain utama, tak tergantikan di lini pertahanan tim sekolahku. Bukan karna terlampau hebat sih. Tapi, lebih karena aku seorang guru, agar ada yang memimpin tim, hehehe. Sebenarnya, aku ditunjuk sebagai kapten tim. Namun, dengan alibi bahasa aku tak mau. Takut ada kata-kata yang tak ku mengerti. Jadi lebih baik siswa asli sana saja. Partnerku di lini belakang, Saddam Husein B yang aku pilih menggantikanku. Selain jago sepak bola, ia juga kelas XII. Jadi pasti dihormati oleh adik-adiknya, pemain yang lain.

Hingga hari itu, tim sepak bola sekolahku masih mulus melaju ke babak semifinal. Untuk mencapai itu, kami bermain 3 kali dalam penyisihan dan menang di laga 8 besar. Sesuai judul ceritaku, dalam pertandingan semifinal inilah, fakta bahwa sepak bola ada hubungannya dengan mistis dan prestise terkuak. Sebelum pertandingan dimulai pun aroma mistis sudah tercium. Sebelum keberangkatan tim sekolahku ke lapangan, kami semua berkumpul di rumah Banta Sam -siswa kelas XI IPA, salah satu anggota tim sepak bola sekolahku. Usut punya usut, kami akan diberi pagar ghaib, untuk mencegah agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan kala bertanding nanti. Ya. Ayah Banta memang terkenal sebagai dukun -orang pintar- di Kampung Rerebe. Tapi tenang, aku tidak ikut kok. Aku hanya menunggu di luar rumah. Tak kusebutkan alasannya pada ayah Banta, atau pada pelatih dan manajer tim kami, Pak Suriadi -Guru Penjas sekaligus Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan-. Hanya dalam hati. Aku masih punya Allah, yang pasti bisa menjagaku dari pengaruh-pengaruh negatif, meski kekuatan mistis sekalipun.

Pertandingan babak semifinal pun dimulai dengan bunyi peluit wasit. Tim sekolahku melawan Kampung Pasir, kampung tuan Rumah -bersama Kampung Pulau Gelime-. Aura prestise begitu kentara dalam pertandingan ini. Maklum, lawan kami tim tuan rumah. Dukungan supporter sangat banyak, apalagi karna Kampung Pulau Gelime tak maju ke semifinal. Alhasil dua kampung bersatu mendukung tim lawan kami. Kami pun tak mau kalah saing. Dukungan dari siswa lain, guru, dan masyarakat Kampung Rerebe, memacu semangat kami untuk mengalahkan tuan rumah. Gengsi, sarat akan prestise. Tentu kalau menang, tim sekolahku berhak maju ke final. Ditambah, Kampung Rerebe juga masuk semifinal. Jika kami dan Kampung Rerebe menang, tentu All Rerebian Final terjadi. Dan dari segi prestise, tentu harga diri kami, sekolah, dan Kampung Rerebe secara otomatis akan melambung. Kampung Rerebe berhak mendapat cap sebagai kampung penguasa kecamatan Tripe Jaya. Terikan, ejekan, yel-yel terus dikumandangkan oleh kedua supporter tim. Hingga membuncah kala tim sekolahku berhasil menciptakan gol. Ejekan dan teriakan supporter kami makin keras dan kencang. Seakan tak percaya, supporter tuan rumah terhenyak seketika. Hingga pertandingan hamper berakhir kami yakin akan memenangkan pertandingan.

Hanya saja, dua menit jelang pertandingan berakhir, pendukung Kampung Pasir berbalik bersorak-sorai. Gol lewat titik dua belas pas, menyelamatkan Kampung Pasir dari kekalahan. Tak lama setelah gol penalti itu, peluit tanda berakhirnya pertandingan ditiup sang wasit. Skor imbang 1 – 1 mengharuskan pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu.

Nah. Di babak perpanjangan waktu inilah, kekuatan mistis mulai ikut bermain, sebagai pemain kedua belas, meski tak tampak secara kasat mata. Korban pertamanya adalah kapten tim sekolahku, Saddam Husein B. Awalnya, ia berbenturan betis dengan pemain Kampung Pasir. Cukup keras hingga ia harus dipapah ke luar lapangan. Namun, tak lama kemudian, ia tak sadarkan diri di sudut gawang. Katanya sih kesurupan. Tapi, aku tak tau kelanjutannya karna harus melanjutkan pertandingan. Terpaksa, Saddam harus digantikan pemain lainnya. Oleh pelatih, Saddam digantikan oleh Hasim Kadri. Rotasi pun aku lakukan di lini belakang. Muhhammad Fatuwa, yang tadi bermain sebagai bek kanan, aku geser menjadi bek tengah. Sedang Hasim, yang sejatinya bek kanan, tetap di bek kanan mengisi posisi Fatuwa. Beberapa menit kemudian, giliran pemain Kampung Pasir yang tergeletak di pinggir lapangan. Terkapar, tak sadarkan diri. Entah kenapa, tapi awalnya bertabrakan dengan teman sendiri. Kabar yang aku dengar juga mengatakan kalau ia terkena guna-guna, kesurupan lagi.

Peluit tanda berakhirnya babak kedua perpanjangan waktu terdengar. Tak ada gol tercipta. Pertandingan harus dilanjutkan dengan adu penalti, untuk menentukan kepastian siapa yang berhak maju ke final. Dalam adu penalti ini pun tak luput dari permainan kekuatan mistis. Korbannya adalah Muhammad B, penjaga gawang tim sekolahku. Dari adu penalti ini, kami menang dengan skor 3 – 1. Kami pun berhak maju ke babak final. Sorak-sorai pendukung kami membahana, menciutkan nyali supporter tuan rumah. Selebrasi mengitari lapangan kami lakukan, sebagai bukti bahwa tim kamilah yang terbaik, yang mampu lolos ke final, meski lawannya tim kuat plus tuan rumah. Namun, kemenangan ini menyisakan sedikit masalah. Begitu kami istirahat, sang kiper tiba-tiba menangis keras luar biasa, sambil memegang erat kaki kiri kakaknya sendiri. Kembali, kekuatan mistis penyebabnya. Memang, dari adu penalti, aura guna-guna sudah mengincar Muhammad. Kata orang pintar kami, saat adu penalti, memang Muhammad telah diguna-guna. Mukanya sudah putih pucat. Bahkan, sebelum kesurupan, ia sudah tak sadar kalau ia bisa menahan 3 tendangan penalti. Perhatian semua mengarah kepada Muhammad yang kesurupan dengan tangisan keras. Orang pintar dari kampung kami berusaha untuk mengeluarkan makhluk ghaib yang merasuki tubuh Muhammad. Yang lain memastikan, agar pemain tim sekolahku tak ikut-ikutan kesurupan. Untuk menghindari kesurupan, semua pemain diajak ke sebuah sungai, dan disuruh untuk mandi. Saat mandi, tampak si dukun mengusap-usap kepala dan punggung kami dengan daun-daunan. Aku pun tak bisa menolak kali ini. Terpaksa, aku ikut mandi saja. Daripada aku jadi korban kesurupan berikutnya. Meski, asyik juga, lelah habis bermain terbayarkan dengan air sungai yang dingin, hehehehe…

Oh ya. malam harinya, kami semua berkumpul di rumah Muhammad. Dari cerita dukun kami di rumah Muhammad inilah, aku tau kalau aku sebenarnya aktor utama yang diincar oleh kekuatan mistis saat pertandingan. Aku tak tau, karna mereka semua berbicara dengan bahasa gayo, bahasa yang saat itu hingga kini belum aku kuasai. Pak Erdy yang memberi tau. Aku memang yang diincar, namun katanya makhluk ghaib itu tak bisa masuk ke dalam tubuhku. Akhirnya, beralih ke partnerku tadi, si Saddam Husein B. Alhamdulillah, anggapanku, do’a-do’a yang aku baca pada awal pertandingan yang menjagaku. Bukan do’a sebenarnya, namun Allah Yang Maha Kuasa. Allah lah yang menjagaku, sehingga terhindar dari pengaruh guna-guna ini.

Begitulah. Kejadian mistis yang terjadi dalam sepak bola. Kejadian ini, membenarkan bahwa dalam sepak bola tak hanya prestise, namun, kekuatan mistis juga ikut bermain sebagai pemain kedua belas, bukan lagi supporter. Mungkin ini hanya terjadi di Tripe Jaya. Daerah yang memang masih cukup kental akan budaya mistisnya. Tak hanya dalam sepak bola. Kesurupan sering terjadi, baik di sekolah maupun di kampung. Budaya yang tidak baik tentunya. Semoga, ke depan pola pikir masyarakat berubah, dan menghilangkan tradisi menggunakan kekuatan mistis, guna-guna, dan semacamnya. Dapat disimpulkan kan, kalau judul cerita ini benar. Karna memang ada kaitan antara sepak bola, mistis, dan prestise. Bukti faktanya, yang aku ceritakan ini.

Eh, bagaimana dengan trophi perdana? Ini dia. Pada laga semifinal lainnya, mempertemukan Kampung Rerebe dan Kampung Perlak. Mistis dan prestise pun tak luput dalam pertandingan ini. Bahkan, makin banyak korbannya. Tak tanggung-tanggung, 4 pemain Kampung Rerebe kesurupan secara bergantian di lapangan. Pertandingan pun ditunda, karna kerusuhan antar-supporter. Saat pertandingan dilanjutkan esok harinya pun sama, kerusuhan terjadi kembali. Aroma prestise tentu penyebabnya. Bahkan, karna kerusuhan ini, pertandingan akhirnya diselesaikan dan turnamen dibatalkan. Yah, sayang sekali tentunya. Kami tak jadi bermain di final. Meski, kami sudah pasti minimal juara dua, dan memboyong trophi ke sekolah. Inilah trophi perdana yang aku maksud. Trophi perdana bagiku, bagi kami, dan bagi sekolahku. Suatu kebanggaan tersendiri bagiku, bisa menanugerahkan trophi perdana yang kini dipajang di ruang kepala sekolahku. Tak hanya bagiku, tapi juga bagi kami, tim sepak bola SMA Negeri 1 Tripe Jaya.

Meski baru bermain sampai semifinal, sekolahku juga berhak menjadi juara pertama turnamen ini. Musyawarah yang menentukan. Hasil musyawarah menentukan, tim sekolahku menjadi juara pertama. Sedang juara dua, milik bersama Kampung Rerebe dan Kampung Perlak, dan juara ketiga diraih Kampung Pasir. Alasannya, karna tim sekolahku yang sudah pasti masuk final. Sedangkan tim Rerebe dan Perlak tak mampu menyelesaikan pertandingan, dan Kampung Pasir sudah kalah. Alhasil, trophi perdana juara satu turnamen sepak bola se-kecamatan Tripe Jaya kami boyong ke sekolah. Ya, trophi perdana sekolahku. Memang sejak berdiri tahun 2009, di sekolahku tak ada satupun trophi. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagiku, juga bagi siswa, terutama yang ikut membela dan menjadi bagian tim sepak bola sekolah. Kebanggaan bisa memberi trophi perdana bagi sekolahku. Seperti dalam film Laskar Pelangi, begitu bangganya saat berhasil meraih trophi perdana bagi sekolahnya. Demikian juga bagiku.

Sahabat, demikianlah kisah mengesankan ini. Kisah yang aku beri judul “Trophi Perdana, antara Sepa Bola, Mistis, dan Prestise”. Kisah pengalaman unik yang aku dapat saat hampir berakhir masa tugas pengabdianku, yang berakhir 20 Oktober 2012. Kisah yang sulit untuk dilupakan tentunya. Namun, sebenarnya tradisi seperti itu harus dihilangkan. Ini menjadi PeEr bagiku, atau bagi sahabat semuanya. PeEr untuk menghilangkan tradisi semacam itu. Tradisi yang tidak baik bukan. Makanya, harus segera dihilangkan. Namun tantangannya cukup berat, karna ini menyangkut budaya masyarakat. Kalau sudah jadi budaya, tentu susah diubah atau dihilangkan. Ke depan, semoga dari cerita ini budaya-budaya negatif, yang tidak sesuai dengan ketentuan agama bisa dihilangkan. Jangan malah ditiru ya. terakhir, semoga cerita ini bermafaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan mungkin, menjadi sarana bagi kita untuk meningkatkan kadar kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah Yang Maha Kuasa. Amiin yaa Rabbal’alamin…

Tambahan;
Foto-foto tentang kisah aku....
                                              Penyerahan Trophi dari Ketua OSIS ke Kepala Sekolah

                                                  Penyerahan Trophi Perwakilan Tim ke Ketua Osis

                                           Foto Bersama Tim dengan Wakil Kepala Sekolah dan Pelatih

                                      Skuad Utama Tim Sepak Bola SMA N 1 Tripe Jaya 2012-2013

                               Suasana Saat Pertandingan di Lapangan Kampung Pulau Gelime, Trie Jaya

                                      Kosttum No. 3 (Kostum Tim yang Aku Pakai Kala Bertanding)

7 komentar:

  1. bukan cuma di aceh aja mas,

    di daerah ane juga ada, gawangnya di kasih penjaga ghaib supaya bolanya melneceng trus kalo ditembak ke gawang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe...
      klo gawang kan kurang tampak Kak... Belum tentu karna ad penjaganya,faktor tendangan jg bisa...Klo pemainnya kesurupan itu nampak kali pak...

      Hapus
  2. okey-okey,
    makasih semuanya.. =)

    BalasHapus