Jadilah engkau..
Orang yang...
Kehadirannya diharapkan,
Suaranya didengar,
Kebaikannya ditiru, dan
Gagasannya dilanjutkan...
Kanzii Adzi,
Think Fresh, Do The Best
Laman
Rabu, 22 Desember 2010
Find The Way
You give me hope, to realize
The reason why and what am I living for
After so long follow my feet
Looking for life that You have given me
As I remember those days the darkness time
When I was not caring You were there
Now I care to take this way so clear
And I feel so proud to be a muslim guy
Reff :
And now how so great that I feel
Living up to the light, with You inside my heart
And I could never be the same
Without You involve in
On me to try to find the way
Now I believe in anyway
That You will always here inside my mind
And I believe You?ll always hear
An every beat, the trembling of my heart
Every time I pray I cry for You
And I feel the peacefull of my soul
To obey in every word You say
When the time has come, let me die in Your way
Edcoustic
SUNDAY MORNING HEROES
Bagi masyarakat Jogja, tentulah tidak asing lagi dengan istilah “Sunday Morning”. Ya benar, itulah pasar yang diadakan setiap hari Minggu pagi sampai menjelang dengan lokasi di sekitar kampus UGM dan UNY. Pasar dimana sangat beraneka ragam makanan dan minuman, sandang, aksesoris, dan sebagainya bertumpah ruah menjadi satu di lokasi tersebut. Bagi para shopping mania, tentu fenomena minggu pagi takkan pernah dilewatkan begitu saja. Tidak hanya itu, minggu pagi juga dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar hanya untuk sekedar jalan-jalan, melihat-lihat, hang out, atau kegiatan lainnya. Tetapi, tidak sedikit juga yang memang datang untuk berbelanja, karena harganyan jauh lebih murah dengan harga yang ada di toko-toko besar.
Saya sudah kuliah di Jogja kurang lebih tiga setengah tahun, karena sekarang saya sudah menempuh tujuh semester. Akan tetapi, ternyata fenomena Sunday Morning ini mungkin tidak cukup menarik bagi saya, yang memang tidak menyukai belanja pakaian, aksesoris atau barang lainnya. Lagi pula, saya anak perantauan, jadi uangnya lebih baik saya gunakan untuk kebutuhan sehari-hari di Jojga. Hingga saat ini, dihitung dengan jari tangan pun terlalu banyak jumlahnya, karena sepengetahuan saya, hanya sekali saya datang ke Sunday Morning, itupun diajak oleh teman.
Fakta menarik dibalik itu semua, ternyata ada keanehan tersendiri yang saya jumpai hari Minggu tanggal 19 Desember 2010 ketika saya baru pulang dari Kulon Progo. Saat itu saya mengantar pulang teman kampus yang kosannya di Karangmalang. Siang hari itu saya lewat dari Sagan menuju Karangmalang dan melewati lembah UGM. Apa yang saya lihat…!!! Sampah berserakan di sepanjang jalan, dari Sagan hingga Karangmalang. Tiga setengah tahun, saya baru menyadari ternyata ada dampak negatif yang timbul secara tidak langsung dari adanya Sunday Morning ini. Bayangkan, tiga setengah tahun, saya baru tersadar dan tertegun ketika melihat beraneka sampah berserakan di sepanjang jalan.
Sunday Morning Heroes, mungkin itulah sebutan yang paling pantas bagi beberapa orang yang saya jumpai pula di jalan di daerah Lembah UGM. Saya jumpai, ada seorang wanita tua yang sedang menyapu di jalanan, membersihkan sampah-sampah tadi yang berserakan di sepanjang jalan. Kemudian, saya jumpai pula seorang anak kecil, yang tengah memasukkan sampah-sampah tadi ke dalam sebuah karung besar. Ya, merekalah pahlawan yang sebenarnya saat ini. Merekalah yang masih memiliki tanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan. Merekalah pahlawan, dan merekalah pahlawan di balik layar akan kebersihan lingkungan pasca dibukanya Sunday Morning pagi harinya.
Jujur, saya memang tidak tahu-menahu, apakah mereka berdua memang petugas kebersihan lingkungan, atau pemulung yang memanfaatkan dan mengumpulkan sampah-sampah kemudian di jual, atau mereka memang benar-benar peduli dengan lingkungan. Tapi, itu semua tidaklah berarti bagi diri saya. Yang saya tahu dan saya apresiasi, mereka masih peduli dengan sampah yang berserakan. Merekalah, “SUNDAY MORNING HEROES” bagi saya. Tanpa jasa mereka, mungkin saat ini, daerah tempat Sunday Morning ini akan menjadi lautan sampah, mengalahkan TPA-TPA yang ada. Merekalah the real heroes, merekalah pahlawan di balik layar, yang mungkin bagi sebagian kita, masih dipandang sebelah mata.
Terakhir, semoga mereka kelak bisa menikmati hasil kerja keras mereka, keringat mereka, dengan balasan yang sesungguhnya dari Tuhan Yang Maha Esa. Sekali lagi, merekalah “THE SUNDAY MORNING HEROES” bagi masyarakat sekitar kampus tempat Sunday Morning dibuka. Jasa mereka kecil, namun dampaknya akan begitu luas bagi kita semua. Terima kasih, atas pengabdianmu selama ini. Maafkanlah saya, karena baru sadar akan jasa-jasamu selama ini. Semoga kelak, engkau akan mendapatkan balasan yang setimpal akan semua jasa-saja yang engkau berikan selama ini.
Wallohu a’lam bissawab,
_Prayogo Setiawan_
MULAILAH DENGAN BERMIMPI
Mungkin, cerita ini akan menggugah kita semua agar senantiasa memulai menggapai masa depan dengan sebuah mimpi. Cerita yang menurut saya pribadi, membuat saya sangat tergugah untuk memperjelas dan mengatakan kepada dunia tentang mimpi-mimpi saya ke depan, agar kekuatan dan semangat untuk mencapai mimpi itu semakin berlipat ganda. Bukan hanya untuk saya, tetapi kemungkinan untuk kami semua yang malam itu bersama-sama saling berbagi dan bertukar mimpi dan cita-cita masa depan. Karena, kami percaya jika kita membagikan mimpi dan cita-cita masa depan kepada orang lain, motivasi mencapainya akan berlipat dan semakin kuat. Juga, tentunya akan ada do’a dari yang mendengar mimpi kita, yang menambah kekuatan tersendiri bagi terwujudnya sebuah mimpi.
Tanggal 29 September 2010 menjadi hari spesial bagi kami yang tergaung bersama dalam wadah program EBI KKN-PPL SBI UNY. Warung mie ayam kampus-lah tempat sekaligus saksi bisu bahwa malam itu juga banyak mimpi dan cita-cita masa depan kami semua berkumandang dan membahana menembus dinding dinginnya malam hari. Reuni Kelas B Program EBI KKN-PPL SBI, itulah nama acara kami. Memang, sebenarnya tidak ada niatan ke arah berbagi mimpi, hanya kami yakin bahwa Alloh lah yang mengatur itu semua. Pada mulanya kita hanya berkumpul sekaligus reuni karena lama tak bersua terganjal menjalani masa-masa KKN-PPL di sekolah masing-masing, sekaligus syukuran salah satu anggota kami yang mendapat medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa tingkat Nasional (PIMNAS).
Akan tetapi, terjadilah peristiwa itu, peristiwa berbagi mimpi diantara kami semua. Masing-masing dari kami menceritakan mimpi dan cita-cita masa depannya kepada sesama, terus berlanjut hingga orang terakhir. Sayang, hanya beberapa orang saja yang terabadikan dengan sebuah handphone. Sampai sekarang, saya masih menyimpan kenangan sekaligus mimpi saya pribadi dan teman-teman saya. Suatu ketika, saya akan memutar ulangnya, untuk mengingatkan dulu saya pernah bermimpi ini-itu. Semua itulah yang kami yakini nantinya akan menjadi tonggak awal agar kami semakin kuat dan percaya bahwa mimpi itu akan terwujud satu demi satu kelak nanti.
depan kami sendiri dengan sebuah mimpi. Mimpi itu harus menjadi sebuah kenyataan. Ada pepatah yang mengatakan, “Hari ini adalah hasil mimpi hari kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan untuk hari esok dan masa depan”. Inilah yang kami jadikan pedoman, agar mimpi kami dapat terwujud kelak. Tentu saja, diwujudkan dengan action yang nyata dari kami semua, bukan sekedar angan-angan belaka. Mohon do’a untuk kami semua juga, agar kami dan anda yang mendo’akan mampu meraih masa depan yang telah kita mimpi-mimpikan dari hari ini. Selamat bermimpi kawan, janganlah takut, karena kita semua adalah “Sang Pemimpi”.
Kawan,
Janganlah takut untuk bermimpi,
Mimpi yang bukan sekedar mimpi dan angan-angan belaka,
Namun, mimpi yang dibarengi dengan tindakan nyata dari sang pemimpinya.
Kawan,
Mulailah dengan bermimpi…
_Prayogo Setiawan_
Tanggal 29 September 2010 menjadi hari spesial bagi kami yang tergaung bersama dalam wadah program EBI KKN-PPL SBI UNY. Warung mie ayam kampus-lah tempat sekaligus saksi bisu bahwa malam itu juga banyak mimpi dan cita-cita masa depan kami semua berkumandang dan membahana menembus dinding dinginnya malam hari. Reuni Kelas B Program EBI KKN-PPL SBI, itulah nama acara kami. Memang, sebenarnya tidak ada niatan ke arah berbagi mimpi, hanya kami yakin bahwa Alloh lah yang mengatur itu semua. Pada mulanya kita hanya berkumpul sekaligus reuni karena lama tak bersua terganjal menjalani masa-masa KKN-PPL di sekolah masing-masing, sekaligus syukuran salah satu anggota kami yang mendapat medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa tingkat Nasional (PIMNAS).
Akan tetapi, terjadilah peristiwa itu, peristiwa berbagi mimpi diantara kami semua. Masing-masing dari kami menceritakan mimpi dan cita-cita masa depannya kepada sesama, terus berlanjut hingga orang terakhir. Sayang, hanya beberapa orang saja yang terabadikan dengan sebuah handphone. Sampai sekarang, saya masih menyimpan kenangan sekaligus mimpi saya pribadi dan teman-teman saya. Suatu ketika, saya akan memutar ulangnya, untuk mengingatkan dulu saya pernah bermimpi ini-itu. Semua itulah yang kami yakini nantinya akan menjadi tonggak awal agar kami semakin kuat dan percaya bahwa mimpi itu akan terwujud satu demi satu kelak nanti.
depan kami sendiri dengan sebuah mimpi. Mimpi itu harus menjadi sebuah kenyataan. Ada pepatah yang mengatakan, “Hari ini adalah hasil mimpi hari kemarin, dan mimpi hari ini adalah kenyataan untuk hari esok dan masa depan”. Inilah yang kami jadikan pedoman, agar mimpi kami dapat terwujud kelak. Tentu saja, diwujudkan dengan action yang nyata dari kami semua, bukan sekedar angan-angan belaka. Mohon do’a untuk kami semua juga, agar kami dan anda yang mendo’akan mampu meraih masa depan yang telah kita mimpi-mimpikan dari hari ini. Selamat bermimpi kawan, janganlah takut, karena kita semua adalah “Sang Pemimpi”.
Kawan,
Janganlah takut untuk bermimpi,
Mimpi yang bukan sekedar mimpi dan angan-angan belaka,
Namun, mimpi yang dibarengi dengan tindakan nyata dari sang pemimpinya.
Kawan,
Mulailah dengan bermimpi…
_Prayogo Setiawan_
GAJI PERTAMAKU
Seseorang yang telah memiliki pekerjaan, pastinya akan mendapatkan timbal balik berupa gaji, laba, upah, atau timbal balik lainnya yang berupa pelayanan, jasa, dan sebagainya. Timbal balik yang didapatkan bergantung pada jenis pekerjaan dan jabatan yang ia tempati pada pekerjaannya itu. jika pemilik perusahaan, maka ia akan mendapatkan laba usahanya dari perusahaannya itu. Bagi yang bekerja sebagai karyawan tetap suatu perusahaan, tentunya akan mendapatkan gaji dari pemiliki perusahaan dimana ia bekerja. Seberapa besar timbal balik dari pekerjaan mereka itu? Semuanya bergantung pada seberapa besar kinerja dan produktivitas mereka di tempat dimana mereka bekerja. Begitulah, bagi mereka yang bekerja, pasti memperoleh timbal balik yang sesuai dengan pekerjaan mereka itu.
Malam hari, tanggal 17 Desember 2010 adalah malam yang menyenangkan bagi saya. Bagaimana tidak? Lama tidak membagi-bagikan ilmu kepada sesama mahasiswa atau siswa sekolah menengah, tiba-tiba hadiah datang lewat sebuah pesan singkat di hand phone. Ternyata, dari seorang kawan lama, yang dulu pernah sama-sama berkontribusi dalam wadah organisasi yang sama. Sungguh di luar dugaan…!!! Saya mendapat tawaran untuk mengisi AMT (Achievement Motivation Training) untuk mahasiswa Pendidikan Biologi dan Biologi ilmu murni FMIPA UNY. Tawaran untuk menggantikan peran beliau, yang tidak bisa menjadi pembicara dikarenakan ada agenda lain yang waktunya bersamaan. Momentum takkan pernah datang dua kali. So, saya pun menerima tawaran itu dengan perasaaan bahagia dan bangga.
Sabtu, pukul 19.40 wib saya dan partner pribadi saya sebagai pengisi renungan motivasi tiba di Wisma Atmojo, daerah pantai Parangtritis, tempat dimana AMT HIMABIO dilaksanakan. Setalah melaksanakan sholat isya dan menunggu peserta AMT selesai makan malam, kami berdua memulai pertunjukkan dengan check sound dan menyiapkan peralatan seperti laptop, LCD, doorprize, dan yang lainnya. Kami pun beranjak memulai berbagi materi motivasi berprestasi dengan para peserta dan beberapa panitia.
Pukul 22.40 wib selesailah acara AMT yang kami berikan. Kita tutup acara dengan menyanyikan lagu “kepompong” sebagai bukti bahwa kami berdua, peserta, dan panitia AMT memulai untuk menjadi teman. Mengapa menyanyi? Saya pilih itu karena hamper semua peserta dan beberapa panitia AMT terharu dan meneteskan air mata,setelah mengikuti materi renungan motivasi. Sehingga, kami berdua merasa perlu untuk membangkitkan semangat kita semua dengan bernyanyi bersama, sambil berpegangan tangan, dan dilanjutkan saling berjabat tangan dan berpelukkan.
Selesai acara, moderator membacakan acara berikutnya yaitu pemberian kenang-kenangan kepada kami. Karena saya merapikan alat-alat yang tadi kami gunakan, maka partner saya yang menerima kenang-kenangan itu. Sebuah stop map batik itulah kenang-kenangan yang kami berdua terima. Dikarenakan sudah terlalu malam, kami memutuskan segera pulang tanpa melihat dulu apa isi stop map itu. Kami berdua pulang meski kondisi sedang hujan, karena Minggu pagi kami juga ada agenda di daerah Kulon Progo.
Sampai di kost-an, dalam kondisi badan setengah basah dan kepala agak pusing saya memnutuskan untuk segera tidur. Akan tetapi, saya penasaran akan apa isi stop map yang kami terima tadi. Ternyata, isinya dua buah amplop putih kecil, dan ternyata pula dalam amplop itu berisi lembaran uang lima puluh ribuan. Subhanalloh, seratus ribu rupiah. Itulah gaji pertama saya dan kami berdua. Sungguh di luar dugaan saya, saya akan menerima gaji sebesar itu. saya hanya bisa bersyukur, semoga uang ini berkah dan kami berdua bisa mendapatkan yang serupa atau bahkan lebih banyak lagi di lain kesempatan.
Sebenarnya, ini bukanlah gaji pertamaku. Sebelumnya saya juga pernah mengisi acara yang sama dibeberapa sekolah. Hanya saja saya hanya melaksanakan itu sebagai hobi saya, bukanlah pekerjaan saya. Jika ada yang memberi saya terima, tidak pun tidak masalah bagi saya. Dulu pernah mengisi di suatu sekolah, dan Alhamdulillah diberi kenang-kenangan berupa buku. Pernah juga mengisi waktu KKN-PPL dan waktu jadi pengurus Himpunan Mahasiswa. Akan tetapi, inilah kali pertama saya mendapatkan uang. Inilah GAJI PERTAMAKU…!!!
Malam hari, tanggal 17 Desember 2010 adalah malam yang menyenangkan bagi saya. Bagaimana tidak? Lama tidak membagi-bagikan ilmu kepada sesama mahasiswa atau siswa sekolah menengah, tiba-tiba hadiah datang lewat sebuah pesan singkat di hand phone. Ternyata, dari seorang kawan lama, yang dulu pernah sama-sama berkontribusi dalam wadah organisasi yang sama. Sungguh di luar dugaan…!!! Saya mendapat tawaran untuk mengisi AMT (Achievement Motivation Training) untuk mahasiswa Pendidikan Biologi dan Biologi ilmu murni FMIPA UNY. Tawaran untuk menggantikan peran beliau, yang tidak bisa menjadi pembicara dikarenakan ada agenda lain yang waktunya bersamaan. Momentum takkan pernah datang dua kali. So, saya pun menerima tawaran itu dengan perasaaan bahagia dan bangga.
Sabtu, pukul 19.40 wib saya dan partner pribadi saya sebagai pengisi renungan motivasi tiba di Wisma Atmojo, daerah pantai Parangtritis, tempat dimana AMT HIMABIO dilaksanakan. Setalah melaksanakan sholat isya dan menunggu peserta AMT selesai makan malam, kami berdua memulai pertunjukkan dengan check sound dan menyiapkan peralatan seperti laptop, LCD, doorprize, dan yang lainnya. Kami pun beranjak memulai berbagi materi motivasi berprestasi dengan para peserta dan beberapa panitia.
Pukul 22.40 wib selesailah acara AMT yang kami berikan. Kita tutup acara dengan menyanyikan lagu “kepompong” sebagai bukti bahwa kami berdua, peserta, dan panitia AMT memulai untuk menjadi teman. Mengapa menyanyi? Saya pilih itu karena hamper semua peserta dan beberapa panitia AMT terharu dan meneteskan air mata,setelah mengikuti materi renungan motivasi. Sehingga, kami berdua merasa perlu untuk membangkitkan semangat kita semua dengan bernyanyi bersama, sambil berpegangan tangan, dan dilanjutkan saling berjabat tangan dan berpelukkan.
Selesai acara, moderator membacakan acara berikutnya yaitu pemberian kenang-kenangan kepada kami. Karena saya merapikan alat-alat yang tadi kami gunakan, maka partner saya yang menerima kenang-kenangan itu. Sebuah stop map batik itulah kenang-kenangan yang kami berdua terima. Dikarenakan sudah terlalu malam, kami memutuskan segera pulang tanpa melihat dulu apa isi stop map itu. Kami berdua pulang meski kondisi sedang hujan, karena Minggu pagi kami juga ada agenda di daerah Kulon Progo.
Sampai di kost-an, dalam kondisi badan setengah basah dan kepala agak pusing saya memnutuskan untuk segera tidur. Akan tetapi, saya penasaran akan apa isi stop map yang kami terima tadi. Ternyata, isinya dua buah amplop putih kecil, dan ternyata pula dalam amplop itu berisi lembaran uang lima puluh ribuan. Subhanalloh, seratus ribu rupiah. Itulah gaji pertama saya dan kami berdua. Sungguh di luar dugaan saya, saya akan menerima gaji sebesar itu. saya hanya bisa bersyukur, semoga uang ini berkah dan kami berdua bisa mendapatkan yang serupa atau bahkan lebih banyak lagi di lain kesempatan.
Sebenarnya, ini bukanlah gaji pertamaku. Sebelumnya saya juga pernah mengisi acara yang sama dibeberapa sekolah. Hanya saja saya hanya melaksanakan itu sebagai hobi saya, bukanlah pekerjaan saya. Jika ada yang memberi saya terima, tidak pun tidak masalah bagi saya. Dulu pernah mengisi di suatu sekolah, dan Alhamdulillah diberi kenang-kenangan berupa buku. Pernah juga mengisi waktu KKN-PPL dan waktu jadi pengurus Himpunan Mahasiswa. Akan tetapi, inilah kali pertama saya mendapatkan uang. Inilah GAJI PERTAMAKU…!!!
Minggu, 19 Desember 2010
3 KEANEHAN PPG (PENDIDIKAN PROFESI GURU) AKUNTANSI
Apa kabar mahasiswa di seluruh tanah air-ku tercinta, Indonesia? Semoga selalu dalam kondisi terbaik untuk terus menuntut ilmu dan meraih cita-cita setinggi-tingginya. Karena, tentu kewajiban kita sebagai mahasiswa dan tentunya amanah dari orang tua, adalah menuntut ilmu sesuai dengan bidang akademik dan keahliannya masing-masing dalam lingkup kampus masing-masing. Jangan sampai, amanah orang tua kita, kita acuhkan begitu saja atau bahkan tidak kita laksanakan dengan baik.
Sudah paham dengan isu pendidikan yang sedang hangat kan akhir-akhir ini? Bahwa akan dilaksanakannya Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai pengganti sertifikasi agar seorang guru atapun lulusan sarjana dapat dikatakan sebagai tenaga pendidik yang profesional. Tentunya, bagi mahasiswa yang mengambil ilmu kependidikan, hal ini tidaklah menjadi hal yang asing dan baru lagi. Saya yakin, semua mahasiswa ilmu kependidikan telah siap siaga apabila program PPG benar-benar terealisasi di Indonesia. Karena, mereka harus bersiap-siap untuk bersaing dengan mahasiswa lain, baik mahasiswa yang mengambil ilmu kependidikan, ataupun mahasiswa yang mengambil ilmu murni. Mengapa?
Beginilah jawabannya. Cerita ini saya dapatkan ketika mengikuti perkuliahan Akuntansi Internasional. Bahwa ternyata, program PPG berbeda lain dari pada yang lain dengan program pendidikan profesi yang lainnya. Pendidikan Profesi Guru ini memiliki tiga bentuk keanehan, yang belum tentu semua orang mengetahuinya. Keanehan, yang mungkin akan membuat mahasiswa ilmu kependidikan enggan mengikuti program PPG ini atau malah mungkin menolak adanya program tersebut karena mengancam masa depan mereka semua.
Inilah ketiga bentuk keanehan program PPG, dimana setelah mendengar keanehan ini saya sebenarnya menolak adanya program PPG ini. Secara tegas, saya lebih memilih tetap adanya program sertifikasi guru, yang memang hanya diperuntukkan bagi yang sudah menjadi guru. Dengan demikian, peluang mahasiswa ilmu kependidikan untuk menjadi guru semakin besar, dan menutup peluang bagi mahasiswa yang mengambil ilmu murni untuk bersaing menjadi guru.
Keanehan pertama, bahwa program Pendidikan Profesi Guru ini diperuntukkan bagi semua elemen mahasiswa maupun lulusan sarajana strata satu serta bagi guru yang belum bersertifikat profesional. Di sini dimaksudkan bahwa semua mahasiswa, baik yang mengambil ilmu kependidikan maupun ilmu murni bisa mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program PPG ini. Hal ini tentu saja sangat merugikan mahasiswa yang dari awal telah mengambil ilmu kependidikan, dimana peluang mereka menjadi semakin kecil karena harus bersaing dengan mahasiswa ilmu murni.
Kedua, adalah keanehan bahwa bagi mereka yang mengikuti program Pendidikan Profesi Guru ini dan dinyatakan berhasil atau lulus, mereka tidak akan mendapatkan gelar tambahan apapun. Jadi, bagi yang sudah memiliki gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) tidak akan mendapat gelar tambahan. Hal demikian jelas sangatlah bertentangan dan berbeda dengan program pendidikan profesi yang lainnya. Sebagai contoh perbandingan saja, kita melihat PPA (Pendidikan Profesi Akuntansi). Kita bandingkan dengan keanehan program PPG, eh ternyata program PPA hanya boleh diikuti oleh mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu akuntansi murni. Bagi mahasiswa dari jurusan lain, meskipun itu dari jurusan akuntansi kependidikan juga tidak bisa mengikuti program PPA ini. Itulah perbedaan yang pertama antara program PPA dan program PPG.
Perbedaan yang kedua antara program PPA dan PPG adalah bahwa bagi mereka yang telah mengikuti program PPA dan dinyatakan lulus, maka secara otomatis mereka akan mendapatkan tambahan gelar berupa gelar Akuntan (Ak). Jadi, misalkan saya sudah memiliki gelas sarjana ekonomi, kemudian mengikuti program PPA dan lulus, maka gelar saya bertambah sehingga menjadi (ex: Prayogo Setiawan S. E., Ak). Akan tetapi jika saya mengikuti program PPG dan dinyatakan lulus, dimana sebelumnya saya adalah lulusan sarjana kependidikan, maka gelar saya tetap (ex: Prayogo Setiawan, S. Pd). Meskipun, secara rasional saya telah memiliki sertifikat profesional.
Keanehan terakhir adalah adanya program PPG Akuntansi untuk SMA. Idealnya, di Sekolah Menegah tingkat Atas (SMA) guru yang mengajar Akuntansi adalah guru mata pelajaran ekonomi, karena di SMA Akuntansi sudah tergabung dalam mata pelajaran ekonomi. Jadi, seharusnya program PPG Akuntansi hanya dikhususkan bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena sejatinya, guru Akuntansi itu hanya ada di SMK, bukan di SMA.
Demikianlah, tiga keanehan yang ada pada program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Ini jelas membuat saya berpikir ulang, jika program PPG ini benar-benar terlaksana. Ibaratnya, akan terjadi sedikit penjajahan, dari mahasiswa ilmu murni kepada mahasiswa ilmu kependidikan, yang merambah masa depannya. Akan tetapi, janganlah takut karena saya yakin, saya dan anda semua mahasiswa ilmu kependidikan pasti bisa bersaing dengan mahasiswa ilmu murni. Pasti kitalah yang akan menjadi pemenangnya.
Wallohu a’lam,
_Prayogo Setiawan_
Sudah paham dengan isu pendidikan yang sedang hangat kan akhir-akhir ini? Bahwa akan dilaksanakannya Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai pengganti sertifikasi agar seorang guru atapun lulusan sarjana dapat dikatakan sebagai tenaga pendidik yang profesional. Tentunya, bagi mahasiswa yang mengambil ilmu kependidikan, hal ini tidaklah menjadi hal yang asing dan baru lagi. Saya yakin, semua mahasiswa ilmu kependidikan telah siap siaga apabila program PPG benar-benar terealisasi di Indonesia. Karena, mereka harus bersiap-siap untuk bersaing dengan mahasiswa lain, baik mahasiswa yang mengambil ilmu kependidikan, ataupun mahasiswa yang mengambil ilmu murni. Mengapa?
Beginilah jawabannya. Cerita ini saya dapatkan ketika mengikuti perkuliahan Akuntansi Internasional. Bahwa ternyata, program PPG berbeda lain dari pada yang lain dengan program pendidikan profesi yang lainnya. Pendidikan Profesi Guru ini memiliki tiga bentuk keanehan, yang belum tentu semua orang mengetahuinya. Keanehan, yang mungkin akan membuat mahasiswa ilmu kependidikan enggan mengikuti program PPG ini atau malah mungkin menolak adanya program tersebut karena mengancam masa depan mereka semua.
Inilah ketiga bentuk keanehan program PPG, dimana setelah mendengar keanehan ini saya sebenarnya menolak adanya program PPG ini. Secara tegas, saya lebih memilih tetap adanya program sertifikasi guru, yang memang hanya diperuntukkan bagi yang sudah menjadi guru. Dengan demikian, peluang mahasiswa ilmu kependidikan untuk menjadi guru semakin besar, dan menutup peluang bagi mahasiswa yang mengambil ilmu murni untuk bersaing menjadi guru.
Keanehan pertama, bahwa program Pendidikan Profesi Guru ini diperuntukkan bagi semua elemen mahasiswa maupun lulusan sarajana strata satu serta bagi guru yang belum bersertifikat profesional. Di sini dimaksudkan bahwa semua mahasiswa, baik yang mengambil ilmu kependidikan maupun ilmu murni bisa mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program PPG ini. Hal ini tentu saja sangat merugikan mahasiswa yang dari awal telah mengambil ilmu kependidikan, dimana peluang mereka menjadi semakin kecil karena harus bersaing dengan mahasiswa ilmu murni.
Kedua, adalah keanehan bahwa bagi mereka yang mengikuti program Pendidikan Profesi Guru ini dan dinyatakan berhasil atau lulus, mereka tidak akan mendapatkan gelar tambahan apapun. Jadi, bagi yang sudah memiliki gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) tidak akan mendapat gelar tambahan. Hal demikian jelas sangatlah bertentangan dan berbeda dengan program pendidikan profesi yang lainnya. Sebagai contoh perbandingan saja, kita melihat PPA (Pendidikan Profesi Akuntansi). Kita bandingkan dengan keanehan program PPG, eh ternyata program PPA hanya boleh diikuti oleh mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu akuntansi murni. Bagi mahasiswa dari jurusan lain, meskipun itu dari jurusan akuntansi kependidikan juga tidak bisa mengikuti program PPA ini. Itulah perbedaan yang pertama antara program PPA dan program PPG.
Perbedaan yang kedua antara program PPA dan PPG adalah bahwa bagi mereka yang telah mengikuti program PPA dan dinyatakan lulus, maka secara otomatis mereka akan mendapatkan tambahan gelar berupa gelar Akuntan (Ak). Jadi, misalkan saya sudah memiliki gelas sarjana ekonomi, kemudian mengikuti program PPA dan lulus, maka gelar saya bertambah sehingga menjadi (ex: Prayogo Setiawan S. E., Ak). Akan tetapi jika saya mengikuti program PPG dan dinyatakan lulus, dimana sebelumnya saya adalah lulusan sarjana kependidikan, maka gelar saya tetap (ex: Prayogo Setiawan, S. Pd). Meskipun, secara rasional saya telah memiliki sertifikat profesional.
Keanehan terakhir adalah adanya program PPG Akuntansi untuk SMA. Idealnya, di Sekolah Menegah tingkat Atas (SMA) guru yang mengajar Akuntansi adalah guru mata pelajaran ekonomi, karena di SMA Akuntansi sudah tergabung dalam mata pelajaran ekonomi. Jadi, seharusnya program PPG Akuntansi hanya dikhususkan bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Karena sejatinya, guru Akuntansi itu hanya ada di SMK, bukan di SMA.
Demikianlah, tiga keanehan yang ada pada program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Ini jelas membuat saya berpikir ulang, jika program PPG ini benar-benar terlaksana. Ibaratnya, akan terjadi sedikit penjajahan, dari mahasiswa ilmu murni kepada mahasiswa ilmu kependidikan, yang merambah masa depannya. Akan tetapi, janganlah takut karena saya yakin, saya dan anda semua mahasiswa ilmu kependidikan pasti bisa bersaing dengan mahasiswa ilmu murni. Pasti kitalah yang akan menjadi pemenangnya.
Wallohu a’lam,
_Prayogo Setiawan_
Kamis, 16 Desember 2010
SULITNYA MENJADI WASIT SEPAK BOLA
Salam olah raga…!!!
Anda seorang pemain sepak bola? Atau anda seorang supporter salah satu klub sepak bola? Anda seorang komentator pertandingan sepak bola? Atau anda seorang wasit sepak bola? Mungkin anda menjawab ya, pada salah satu pertanyaan yang saya ajukan. Akan tetapui apabila pertanyaan itu diajukan kepada saya, tentu jawaban saya tidak semua, karena saya hanya seorang penikmat sepak bola, yang suka menonton pertandingan sepak bola, baik langsung di lapangan ataupun lewat televisi. Saya dari Cilacap, sehingga saya mendukung Klub PSCS Cilacap, yang musim ini mengawali karir di Divisi Utama Liga Indonesia (Liga T-Phone) musim 2010-2011.
Jum’at, tanggal 10 Desember 2010 jadwal mempertandingkan PSIM Jogjakarta vs PSCS Cilacap. Sebagai pendukung, dan pertandingan dilaksanakan di Stadion Mandala Krida, Jogjakarta, saya pun tak melewatkan kesempatan untuk mendukung langsung klub kebanggaan kota Nusakambangan itu. Pukul 19.30 WIB kick off pertandingan dilaksanakan ditandai dengan bunyi peluit wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Meski akhirnya kalah dengan skor akhir 2-0 untuk kemenangan PSIM Jogja, saya tidak kecewa, karena tujuan utama saya bukanlah kemenangan PSCS Cilacap. Tujuan utama saya adalah menyaksikan secara langsung klub kota ngapak ini bertanding di lapangan, mumpung sedang di Jogja.
Akan tetapi, tetap ada kekecewaan yang muncul pada diri saya. Kekecewaan itu adalah kurang santunnya supporter masing-masing klub terhadap wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Memang, komentator hanya bisa mengkritik orang lain, tidak merasakan atau mengalami langsung kejadian yang sesungguhnya. Begitu juga supporter,, hanya bisa menjelek-jelekkan wasit saat pertandingan berlangsung. Padahal, jika supporter itu disuruh menjadi wasit, belum tentu mereka bisa melaksanakannya dengan baik pula. Karena, saya yakin, seorang wasit tentu telah memiliki sertifikat untuk memimpin sebuah pertandingan sepak bola.
Ketika pertandingan berlangsung, jika keputusan wasit dianggap kurang mendukung klub dukungannya itu, kata-kata kotor dan kurang pantas dilontarkan kepada wasit oleh para supporter . Bahkan, dengan mudah dan enaknya, mereka mengata-ngatai wasit, “Wasitnya goblok, wasitnya goblok” atau “Wasitnya ganti, wasitnya ganti” sampai berulang-ulang. Hal yang sepantasnya tidak terucap oleh seorang supporter yang santun, yang menerima apapun keputusan wasit, selama keputusan itu wajar dan adil. Karena pasti, ada dasarnya seorang wasit dalam mengambil keputusan saat pertandingan berlangsung.
Akan tetapi, saya salut kepada wasit saat itu. Meskipun dicemooh ratusan supporter , mereka sama sekali tidak menghiraukan apa yang dikatakan para supporter . Meski, saya yakin dalam hati wasit juga agak sedikit kesal, marah, dan sebagainya. Bahkan, mereka bertindak seolah tidak ada ratusan supporter mencaci dan meneriaki mereka.
Itulah, gambaran kecil sulitnya menjadi wasit sepakbola. Perlu mental baja untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk yang akan menimpanya. Sedikit saja dianggap tidak adil memimpin pertandingan, cacian, makian akan datang menghujam jantung mereka. Bahkan, mungkin aka nada botol minuman, atapun bogem mentah yang mendarat di wajahnya. Salut untuk wasit sepak bola. Pengabdianmu akan selalu saya kenang, akan kesabaranmu menghadapi situasi yang mungkin jika menimpa saya, takkan mampu saya menghadapinya.
Wallohu a’lam,
(Prayogo Setiawan)
TROTOAR "MULTIFUNGSI"
Anda pernah ke Jakarta? Pernah mencoba naik kendaraan umum disana? Bagi anda yang belum pernah naik bus di Jakarta, anda mungkin akan terkejut, ketika melihat fenomena jalan jalur Trans-Jakarta penuh sesak oleh kendaraan pribadi pengguna jalan, baik itu mobil atau pun sepeda motor. Hampir setiap hari, fenomena seperti itu sudah menjadi hal yang wajar dan biasa-biasa saja bagi masyarakat di Jakarta.
Sekarang bandingkan dengan di Jogja, mungkin anda tidak akan pernah bisa menemukan fenomena seperti yang terjadi di Jakarta itu. Hal ini dikarenakan belum ada jalur khusus bagi Trans-Jogja, yang hanya menggunakan tepi jalan sebelah kiri yang diberi garis tanda jalur bus tersebut. Selain itu, jumlah kendaraan yang melintas di jalan juga belum sebanyak yang ada di Jakarta.
Akan tetapi, ini fakta baru, tidak hanya jalur busway yang digunakan sebagai alternatif jalan bagi pengguna kendaraan pribadi. Begitu pula, sama halnya dengan trotoar, yang kini berfungsi ganda pula. Selain fungsi utamanya yang digunakan sebagai tempat pejalan kaki, dan fungsi lain sebagai pemercantik pemandangan jalan di kota-kota besar, kini trotoar juga bisa digunakan sebagai jalan keluar jalur sepeda motor untuk menghindari atau lolos dari pintu gerbang yang tertutup.
Alangkah lucunya negeri ini, mungkin itulah inspirasi mereka-mereka yang masih melakukan pelanggaran aturan-aturan yang ada. Memang, seolah-olah seperti selalu dimudahkan jalannya, bagi orang yang akan melakukan pelanggaran atau sesuatu yang menyimpang dari hal yang sewajarnya. Ketika pintu gerbang ditutup pada malam hari, trotoar bisa digunakan sebagai pintu masuk yang dengan mudah sepeda motor dapat melewati pintu gerbang yang tertutup itu.
Fenomena ini terjadi di jalan perempatan FMIPA UNY ke arah timur menuju rektorat/pasca sarjana/FIP UNY. Tanggal 9 Desember 2010, malam hari ketika hendak menuju Rektorat UNY karena akan mengikuti Lepas Sambut Wisuda Permai Cita, dari arah Karangmalang saya hendak memotong jalan untuk mempercepat perjalanan menuju rektorat. Dari arah perempatan itu saya memutuskan membelokkan motor ke arah kiri lewat depan gedung fakultas MIPA dan Hall Tennis Indoor, agar lebih cepat sampai di rektorat. Akan tetapi, sampai di depan Museum Pendidikan Indonesia/utara tempat parkir perpustakaan pusat, ternyata pintu gerbang dalam kondisi tertutup dan terkunci. Apa daya, hendak mempercepat malah memperlambat sampai ke tujuan, karena saya harus putar balik, baru menuju rektorat. Ketika mencoba putar balik, saya berpas-pasan dengan pengendara sepeda motor juga yang hendak lewat pintu gerbang yang terkunci tadi. Dalam benak saya, “Wah, pasti nanti dia akan putar balik juga seperti saya”. Saya tersenyum, karena merasa dia akan mengalami kejadian seperti saya, harus putar balik, karena pintu gerbang ditutup.
Sambil melanjutkan perjalanan, saya menoleh ke belakang untuk melihat apakah orang itu akan putar balik seperti saya. Sampai di depan pintu gerbang, pengendara tadi menepi, kemudian naik ke trotoar dan dengan mudah melewati jalan dengan pintu gerbang yang tertutup itu. Seketika saya tertawa dan agak sedikit kesal serta menyesal. “Wah, kenapa tadi tidak kepikiran seperti itu ya. Coba kalau saya seperti dia, pasti lebih cepat sampai di rektorat”, keluh saya.
Begitulah faktanya. Memang, dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Pasti ada 1001 cara untuk melakukan perbuatan yang menyeleweng dari aturan yang ada. Pengalaman membuktikan, serapat apapun suatu ruangan, pasti akan ada tikus yang bisa masuk ke dalamnya. Begitu mungkin ungkapan yang tepat untuk menganalogikan kejadian di atas. Trotoar biasa menjadi trotoar multi fungsi. Trotoar yang fungsinya sebagai tempat pejalan kaki, bisa bermanfaat ganda juga sebagai jalan keluar untuk melewati jalan yang pintu gerbangnya ditutup.
Wallohu a’lam bissawab,
-Prayogo Setiawan-
Sekarang bandingkan dengan di Jogja, mungkin anda tidak akan pernah bisa menemukan fenomena seperti yang terjadi di Jakarta itu. Hal ini dikarenakan belum ada jalur khusus bagi Trans-Jogja, yang hanya menggunakan tepi jalan sebelah kiri yang diberi garis tanda jalur bus tersebut. Selain itu, jumlah kendaraan yang melintas di jalan juga belum sebanyak yang ada di Jakarta.
Akan tetapi, ini fakta baru, tidak hanya jalur busway yang digunakan sebagai alternatif jalan bagi pengguna kendaraan pribadi. Begitu pula, sama halnya dengan trotoar, yang kini berfungsi ganda pula. Selain fungsi utamanya yang digunakan sebagai tempat pejalan kaki, dan fungsi lain sebagai pemercantik pemandangan jalan di kota-kota besar, kini trotoar juga bisa digunakan sebagai jalan keluar jalur sepeda motor untuk menghindari atau lolos dari pintu gerbang yang tertutup.
Alangkah lucunya negeri ini, mungkin itulah inspirasi mereka-mereka yang masih melakukan pelanggaran aturan-aturan yang ada. Memang, seolah-olah seperti selalu dimudahkan jalannya, bagi orang yang akan melakukan pelanggaran atau sesuatu yang menyimpang dari hal yang sewajarnya. Ketika pintu gerbang ditutup pada malam hari, trotoar bisa digunakan sebagai pintu masuk yang dengan mudah sepeda motor dapat melewati pintu gerbang yang tertutup itu.
Fenomena ini terjadi di jalan perempatan FMIPA UNY ke arah timur menuju rektorat/pasca sarjana/FIP UNY. Tanggal 9 Desember 2010, malam hari ketika hendak menuju Rektorat UNY karena akan mengikuti Lepas Sambut Wisuda Permai Cita, dari arah Karangmalang saya hendak memotong jalan untuk mempercepat perjalanan menuju rektorat. Dari arah perempatan itu saya memutuskan membelokkan motor ke arah kiri lewat depan gedung fakultas MIPA dan Hall Tennis Indoor, agar lebih cepat sampai di rektorat. Akan tetapi, sampai di depan Museum Pendidikan Indonesia/utara tempat parkir perpustakaan pusat, ternyata pintu gerbang dalam kondisi tertutup dan terkunci. Apa daya, hendak mempercepat malah memperlambat sampai ke tujuan, karena saya harus putar balik, baru menuju rektorat. Ketika mencoba putar balik, saya berpas-pasan dengan pengendara sepeda motor juga yang hendak lewat pintu gerbang yang terkunci tadi. Dalam benak saya, “Wah, pasti nanti dia akan putar balik juga seperti saya”. Saya tersenyum, karena merasa dia akan mengalami kejadian seperti saya, harus putar balik, karena pintu gerbang ditutup.
Sambil melanjutkan perjalanan, saya menoleh ke belakang untuk melihat apakah orang itu akan putar balik seperti saya. Sampai di depan pintu gerbang, pengendara tadi menepi, kemudian naik ke trotoar dan dengan mudah melewati jalan dengan pintu gerbang yang tertutup itu. Seketika saya tertawa dan agak sedikit kesal serta menyesal. “Wah, kenapa tadi tidak kepikiran seperti itu ya. Coba kalau saya seperti dia, pasti lebih cepat sampai di rektorat”, keluh saya.
Begitulah faktanya. Memang, dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Pasti ada 1001 cara untuk melakukan perbuatan yang menyeleweng dari aturan yang ada. Pengalaman membuktikan, serapat apapun suatu ruangan, pasti akan ada tikus yang bisa masuk ke dalamnya. Begitu mungkin ungkapan yang tepat untuk menganalogikan kejadian di atas. Trotoar biasa menjadi trotoar multi fungsi. Trotoar yang fungsinya sebagai tempat pejalan kaki, bisa bermanfaat ganda juga sebagai jalan keluar untuk melewati jalan yang pintu gerbangnya ditutup.
Wallohu a’lam bissawab,
-Prayogo Setiawan-
Langganan:
Postingan (Atom)