Bersenang-senanglah
karena hari ini akan kita ridukan, di hari nanti
Bersenang-senanglah
karena waktu ini banggakan, di hari tua
Sebuah
kisah klasik untuk masa depan
-Sheila on
7-
Sahabat…
Ku
bingkiskan cerita ini spesial untuk keluarga besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya.
Terima kasih telah menjadi bagian dari torehan sejarah hidupku. Terima kasih
untuk semua kenangan, canda, tawa, duka, bahagia yang pernah kita rajut selama
kurang lebih satu tahun ini. Semoga silaturrahim ini selalu terjaga. Do’akan
kami agar sukses selalu. Do’akan juga kelak kita bisa bersama-sama kembali.
Amiin…
K
|
amis,
18 Oktober 2012… Penantian panjang dan lama itu akhirnya tiba. Kurang lebih sebelas bulan lamanya. Akhir
masa tugas dan pengabdianku di tanah rencong, Nanggroe Aceh Darussalam. Gedung
kantor, dewan guru, staff karyawan, serta siswa-siswa didikku menjadi saksi
sejarah momen mengharukan sekaligus membahagiakan itu. Perpisahan Dewan Guru
Program SM-3T Gelombang I dengan Keluarga Besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya.
Panitia memberi nama kegiatan itu, kegiatan spesial yang sengaja dipersiapkan,
meski mendadak, untuk melepas kepergian kami berdua.
Pukul
09.00 wib. Aku, temanku, dewan guru, staf, dan siswa telah memenuhi ruangan
mungil itu. MC telah bersiap di mejanya. Begitu pula siswa yang akan tampil
pada acara hiburan kegiatan itu. Laptop dan LCD proyektor standby, kami pun telah menempati kursi kehormatan yang disediakan
panitia. Kursi yang biasa diduduki para wakil kepala sekolah saat kegiatan
belajar-mengajar. Hanya kepala sekolah, Pak Ali, begitu sapaan akrabnya, yang
tak kunjung datang jua. Alhasil, karaoke bersama dipilih sebagai alternatif
menunggu Pak Ali datang. Beberapa lagu pun didendangkan, hingga tak terasa 45
menit berlalu, hingga datanglah Pak Ali. Tak berlama-lama, begitu kepala
sekolah menempati kursi kehormatannya, Masnila, si MC berdiri, mengucapkan
salam, membacakan tertib acara, dan memulai kegiatan.
Lafadz
basmalah, menjadi pembuka acara bersejarah itu. Lantas dilanjutkan dengan
pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Burhan, siswa kelas XI IPA. Berikutnya,
sambutan oleh ketua OSIS, Ali Asah. Entah kenapa, bukan Leni Handika, ketua
OSIS baru yang memberikan sambutan. Mungkin karena belum resmi dilantik, plus
ia seorang perempuan. Satu kalimat singkat, pesan Ali Asah, mampu menggetarkan
hati, bahkan sebenarnya mampu mengeluarkan tetesan air jernih dari mataku.
“Jadikan perpisahan ini bagaikan air dengan air, dan jangan jadikan perpisahan
ini bagaikan batu dengan batu”, kata Ali Asah. Ringan tapi sarat makna. Apa
artinya? Jika air dengan air, pasti suatu saat akan berjumpa kembali. Bukan
batu dengan batu, yang jika dipisahkan, tak kunjung berjumpa lagi. Ya, air
dengan air. Entah itu kami yang akan kembali ke sekolah, atau mereka -siswa-
yang akan menyusul kami di jawa, melanjutkan studi. Begitulah janji yang ia
berikan, sebagai perwakilan siswa.
Kegiatan
dihentikan sejenak, diisi dengan tari saman -kesenian khas Gayo Lues-
persembahan para Arjuna dari kelas XII IPA dan IPS. Kesenian daerah yang pasti
selalu ditampilkan, saat ada acara-acara besar di sekolah, plus di masyarakat
Tripe Jaya khususnya, dan Gayo Lues pada umumnya. Syair lagunya cukup menarik,
meski aku tak mampu menyerapnya 100 persen, dikarenakan menggunakan bahasa
Gayo, yang 11 bulan disana belum aku kuasai juga. Tapi intinya, mereka
berterima kasih atas jasa-jasa kami, yang rela dan ikhlas datang jauh-jauh dari
Jogja, untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa di penjuru tanah air.
Selesai
tari saman, acara diteruskan dengan sambutan perwakilan dewan guru, oleh
Khairani Hanum, SS –wakil kepala sekolah urusan kurikulum- dan kepala sekolahku
–Muhammad Ali, S.Pd-. Terakhir, sambutan dariku, sebagai perwakilan dewan guru
Program SM-3T Gelombang I. Tak ada yang spesial dari sambutan kami bertiga.
Tapi tetap mengguhah semangat dan sarat nasehat untuk kami berdua, yang muda,
dan masih butuh banyak belajar dari mereka. Hanya saja, air mataku menetes kala
aku ucapkan kalimat terakhir di sambutan singkatku. Kerinduan akan ayah, ibu,
keluarga, dan kampung halaman lah alas an kenapa air mataku menetes. Ya,
sebelas bulan berpisah bukan waktu yang sebentar bagiku. Meski, bagi yang lain
sangatlah singkat.
Pembacaan
puisi oleh Jhon Supratman, yang bertemakan guru, mengisi acara berikutnya.
Lantas ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Syukur, S.Pd.I -guru pai sekolah,
yang juga sahabat terdekat kami di sekolah-. Do’a penutup inilah yang yang
memulai hening keharuan kami semua. Tak terasa, air mata kami menetes membasahi
pipi, begitu do’a disampaikan. Dan. Suasana semakin mengharukan, penuh tangisan
dan tetesan air mata, begitu selepas do’a kami berjabat tangan dengan para guru
dan siswa. Jabat tangan terakhir yang bisa kami rasakan, kami lakukan, di
sekolah ini, SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Begitu pula denganku. Apalagi saat
kujabat dan kupeluk erat rekan sekaligus guru kami, dewan guru sekolah -yang
laki-laki-. Keringat bercampur air mata membasahi pipi, wajah, dan pakaianku.
Air
mata terusap, hening keharuan terhenti, meski belum sepenuhnya terhenti, kala
acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dan kenang-kenangan dari OSIS,
Kelas, dan Sekolah kepada kami berdua. Bukan dari isi tentunya yang kami lihat,
tapi bukti rasa kekeluargaan mereka dengan kami yang sudah terjalin cukup lama.
Kami pun memberikan cinderamata kepada sekolah, sebagai kenang-kenangan, yang
kami harapkan mampu menjadi obat pelipur kerinduan kepada kami di episode-episode
berikutnya. Lantas, ditutuplah acara inti itu dengan bacaan Hamdalah bersama,
Alhamdulillahirobbil’alamin.
Hiburan
menjadi rangkaian acara terakhir dalam kegiatan ini. Ada empat jenis hiburan
yang sengaja dipersiapkan oleh siswa dan guru untuk kami berdua. Pertama kami
disuguhkan dengan penampilan tari kreasi modern oleh srikandhi-srikandhi kelas
X. Tari kreasi dengan baksound lagu Assalamu’alaikum yang biasa dinyanyikan
Opick ini khusus dipersiapkan oleh Maria Herla, Murdawati, Hani Ulan Dari,
Jari, dan Maulida dengan bimbingan Bu Umi Selamah, S.Sos.I. Meski dengan muka
yang kurang ceria, karena menangis sebelumnya, mereka tetap atraktif membawakan
tari modern itu.
Tari
kreasi selesai, disambung dengan drama singkat persembahan kelas XII IPA. Drama
tentang bagaimana kami berdua mengajar di sekolah. Mulai saat kami
diperkenalkan di sekolah, hingga saat terakhir kami mengajar. Adalah Rouf
Hidayat sebagai aku, dan Ali Imran sebagai Pak Tri, temanku. Rian Wahyu Widodo
sebagai kepala sekolah, dan Mahyudin, Saniar, Sri Wahyuni, serta Jhon sebagai
siswa. Meskipun tak 100 persen sesuai dengan cara kami mengajar, setidaknya itu
sudah mampu membuat tertawa seisi ruangan. Hiburan ketiga adalah paduan suara
dari wanita-wanita tangguh kelas XI IPS, kelas kebanggaanku. Kelas dengan siswa
didikanku saat masih duduk di bangku kelas X, karna aku wali kelasnya. Lagu
terima kasihku dengan bangga dinyanyikan mereka. Meski sekilas, namun lagu itu
sumbangan sekaligus ungkapan rasa terima kasih siswa kepada guru-gurunya. Bukan
hanya kami, namun bagi semua guru, pendidik dimana pun berada.
Suguhan
terakhir cukup fenomenal. Adalah Syaifullah Ikhsan, ST -guru TIK dan Seni
Budaya- sebagai aktornya. Beliau buatkan slide video singkat tentang bagaimana
kami mengajar, bagaimana kami aktif di berbagai kegiatan sekolah, juga
bagaimana kehidupan kita sehari-hari. Mengesankan. Meski singkat, tapi membuat
aku ingin terus melihatnya. Bingkisan unik yang menjadi bukti sejarah, bahwa
kami pernah menjadi bagian dari keluarga besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Meski
hanya dalam waktu 11 bulan.
Lepas
acara perpisahan, masih ada acara lanjutan. Adalah makan siang bersama seluruh
dewan guru, OSIS, dan tamu undangan yang hadir serta foto bersama. Ada Bu Rina,
Pak Budi, dan Pak Setiono, tiga guru program SM-3T Gelombang II Kec. Tripe
Jaya, serta suami Bu Umi. Paling terakhir, sesi foto bersama dewan guru SMA
Negeri 1 Tripe Jaya, foto bersama dewan guru SM-3T Gelombang I-II, Guru SM-3T
dengan siswa, dan yang lainnya. Foto-foto sebagai kenang-kenangan untuk kami
berdua yang esok akan meninggalkan sekolah, Rerebe, Tripe Jaya, Gayo Lues, dan
Aceh untuk kembali ke Jawa, ke kampong halaman, dan kepangkuan ayah ibu.
Sahabat…
Akhirnya
datang juga. Kisah indah di saat-saat terakhir kebersamaan kami dengan keluarga
besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Kisah tentang kegiatan perpisahan kami, guru
Program SM-3T Kecamatan Tripe Jaya, Kabupaten Gayo Lues, Aceh, Indonesia. Kisah
yang ku bingkiskan sebagai kado untuk aku pribadi, guru-guru SM-3T, dan mereka
keluarga kecilku, SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Semoga engkau semakin Jaya…!!!
Jum’at Kliwon, 02 November 2012
hmmm... happy memory yak pak guru. :)
BalasHapuskisah yang istimewa. slm kenal.
Happy memory jugha yah..
BalasHapussalam kenal juga...
salam kenal..., folbek ya... thx... *smile
BalasHapus