Jadilah engkau..
Orang yang...
Kehadirannya diharapkan,
Suaranya didengar,
Kebaikannya ditiru, dan
Gagasannya dilanjutkan...

Kanzii Adzi,

Think Fresh, Do The Best

Kamis, 29 November 2012

Untukmu, Winda


Bismillahirrahmanirrahim…
Untukmu, Winda…

Selamat jalan sahabatku…
Selamat tinggal pahlawanku…
Engkaulah sebenar-benar pahlawan…
Meski engkau hanya bergelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”…

Hari ini…
Kami berkabung…
Simpang Jernih, Aceh Timur, Aceh, hingga Indonesia juga berkabung…
Kami semua takkan lupa jasa dan pengabdianmu…
Kami takkan lupa…

Kami semua bangga…
Kami ikhlaskan kepergianmu…
Do’a kami mengalir untukmu selalu…
Semoga engkau kini bahagia di sisi-Nya…
Bergabung dengan para syuhada di syurga…

Kami janji…
Lanjutkan perjuanganmu…
Kami janji…
Bangun negeri ini…
Kami janji… Kami janji…

Allahumma firlaha…
Warhamha…
Wa’afihi wa’fu ‘anha

Allahumma laa tahrima ajroha…
Walaa ta’tina ba’daha..
Waghfirlana walaha…

Ya Allah…
Winda syahid saat mengabdi…
Maka…
Jadikan ini jalan terbaik untuk Winda…
Jalan yang Engkau Rihoi…

Ya Allah…
Terimalah segala amal dan pengabdiannya…
Ampunilah dosa-dosanya…
Tabahkanlah orang tua dan keluarganya…

Ya Allah…
Jadikanlah ia syahid di jalan-Mu
Kumpulkanlah ia dengan para syuhada…
Buahkanlah syurga-Mu baginya…

Ya Allah…
Berilah kami kekuatan…
Untuk terus mengabdi pada negeri ini…
Hingga kelak Engkau memanggil kami…

Ya Allah…
Kami ingin seperti winda…
Jika kelak Engkau hendak memanggil kami…
Panggilah kami saat mengabdi di jalan-Mu…

Allahumma inni asaluka salamatan fiddin…
Wa’afiya fil jasad…
Waziyyadatan fil ‘ilmi…
Wabarakatan fii rizqi…
Wataubatan qoblal maut…
Warahmatan ‘indal maut…
Wamaghfiratan ba’dhal maut…

Allahumma hawwin ‘alaina fii sakaratul muat…
Wannajatim minnan nar…
Wal’afa ’indal hisaab…

Robbana atinaa fiddunya khasanah
Wafil akhirati khasanah…
Waqiina ‘adzabannnar…
Amiin…
Amiin yaa rabbal’alamin…


Dari kami…
Untukmu, Winda…

                                                                                   
Memoar untuk alm. Winda Yulia
Guru SM-3T UPI, Bandung
SMPN 2 Simpang Jernih, Aceh Timur, indonesia
29 November 2012

Senin, 26 November 2012

Makan Malam “ala Karbol” Istimewa



Aktivitas padat nan rutin masih aku jalani. Tentunya, bersama 211 sahabatku peserta SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) Universitas Negeri Yogyakarta. Kumandang adzan maghrib mengisyaratkan kami untuk segera meninggalkan GSM -Gedung Sabang Merauke-. Seluruh aktivitas dihentikan sejenak. Bergegas menuju masjid, menunaikan sholat magrib berjama’ah. Jarak tempuh yang hampir 1 km, tak jadi halangan bagi kami, Kompi C-1 -Kompi pertama dari Peleton C, penempatan Kabupaten Gayo Lues, Aceh, Indonesia-. Suara lantang penuh semangat mengiringi, melantuntan lagu latihan dan lagu nasional; Di Gunung di Hutan, Garuda Pancasila, Dari Sabang sampai Merauke, Halo-halo Bandung hingga Bangun Pemudi Pemuda. Kesemua lagu ini lantas menjadi lagu wajib yang kami nyanyikan saat perjalanan kemana pun. Tentunya, saat kami menjalani training camp -karantina- dalam rangka kegiatan Latihan Dasar Kedisplinan Peserta SM-3T UNY di area Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta. Tak terasa lelah, meski keringat mengucur membasahi badan dan pakaian. Mungkin karna bersama-sama. Atau, agar jauhnya jarak jalan kaki tak terasa lagi. Atau, karna tepat 1 minggu kami di sana, jadi telah terbiasa. Bisa karna terbiasa.

Pasca sholat magrib, kami harus kembali berjalan kaki, menuju Gedung Sabang Merauke. Tak lupa kami nyanyikan lagu wajib Kompi C-1. Tak terasa, sampai juga di depan GSM. Dari jauh, tampak di depan gedung, pendamping kompi telah siap berdiri berjajar. Lantas, mengarahkan kami agar semua agar berbaris di depan Gedung Handrawina, sesuai kompi dan peleton masing-masing. Ada acara apa? Oh ya, lupa. It’s time to dinner. Waktunya makan malam. Makan malam istimewa tentunya. Kok bisa? Makan malam, kan sudah biasa. Apanya yang istimewa? Setiap hari pun kita melakukannya.

Iya, memang benar demikian. Tapi, bagaimana bila engkau makan malam bersama Karbol Angkatan Udara. Plus, makan malamnya ala Karbol. Pasti belum pernah kan? Makanya jadi istimewa. Bagiku, dan mungkin juga bagi sahabatku yang lain. Alhamdulillah, saat itu kami diberi kesempatan untuk merasakan bagaimana menjadi seorang Karbol. Bisa bergabung dengan Karbol Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, dan ikut dalam serangkaian acara makan malam istimewa. Tentu, hanya segelintir orang yang bisa merasakannya. Bagaimana ritual makan malamnya? Ternyata, jauh berbeda dengan makan malam yang biasa kita lakukan di rumah sehari-hari. Ada sederet ritual yang harus dilakukan terlebih dahulu. Harus kami ikuti, meski beda dengan hari-hari sebelumnya. Seistimewa apakah makan malam ini? Let’s, check it out.

Kesabaran kami sudah dicoba sejak awal makan malam. Hanya 1 pintu masuk pengujinya. Gedung Handrawina, yang mampu menampung 500 orang ini, pintu masuk yang dibuka pada jam makan  malam hanya satu. Jadi harus sabar menunggu giliran masuk ke gedung ini. Macam antrean saat menunggu mendapat pasokan BBM langka atau antre berdesak-desakkan menukarkan kupon dengan sekantong plastik daging kurban kala Hari Raya Idul Adha. Jika semua peserta sudah memasuki ruangan, kala itu sekitar 300-an orang, peserta dipersilahkan mencari bangku yang masih kosong. Kala itu, satu meja makan berisi enam kursi, dan harus diisi oleh 3 – 4 orang peserta SM-3T. Sisanya diisi oleh Karbol Angkatan Udara. Eh, lupa. Dalam satu meja, harus ada Karbol yang sudah senior, dan yang masih junior. Entah untuk apa. Mungkin, nanti akan tau alasannya. Oh ya. Ingat ya, baru disuruh mencari kursi kosong, belum boleh duduk atau sekedar menarik kursi sedikit ke belakang. Semua peserta harus berdiri di belakang kursi masing-masing setelahnya.

Pasca semua telah berdiri di kursi masing-masing, setelah ada aba-aba duduk, maka semua peserta dipersilahkan menempati posisi duduknya masing-masing. Kami, peserta SM-3T dan Karbol yang masih junior harus menunggu Karbol Senior duduk terlebih dahulu, baru kami duduk mengikutinya. Berikutnya, laporan bahwa peserta sudah siap untuk makan malam. Sebelumnya, peserta dikondisikan dalam keadaan duduk siap. Duduk tegap dengan punggung menempel sandaran kursi, dan kedua tangan menempel di paha. Setiap kali makan, harus ditunjuk salah satu bergantian untuk jadi pimpinan pserta, yang lapor ke pimpinan Akademi, sekaligus memimpin do’a menjelang dan sesudah makan malam. Ini agar semua terlatih keberaniannya sekaligus mengasah jiwa kepemimpinannya. Isi laporan terkait siapa peserta makan malam, berapa jumlahnya, apakah ada yang tidak ikut, alasannya tidak ikut, dan pernyataan telah siap makan. Waaah. Ribetnya mulai deh. Setelah laporan diterima, pimpinan peserta memimpin do’a jelang makan. Peserta dikondisikan pada posisi duduk istirahat di tempat. Dan makan malam pun siap disantap habis.

Mau tau menu makannya? Yang pasti 4 sehat, namun tak 5 sempurna. Ada nasi, sayur, lauk, buah pisang, roti tawar, bubur kacang hijau, air putih, dan teh hangat. Menu 4 sehat 5 sempurna dijadwalkan untuk sarapan pagi, sebagai energi dan bekal menjalani sederet aktivitas melelahkan satu hari. Eh, masih banyak ritualnya sebelum benar-benar makan malam. Apa ya? ternyata, ini terkait jawaban kenapa harus ada si Karbol senior dan junior. Karbol junior harus mendahulukan senior, menghidangkan makanan untuknya, dan menunggu senior memulai makan, baru bisa ikut memulai makan. Yang terparah, Karbol Junior harus izin terlebih dulu kepada senior untuk melakukan apapun. Mau duduk izin, mau makan izin, mau nambah minum juga izin.

Ritual pertama makan malam adalah memakan sepoton roti tawar, tanpai selai tentunya. Lipat roti tawar menjadi dua bagian, baru dimakan. Berikutnya, menyantap semangkuk bubur kacang hijau. Boleh juga, saat menyantap roti tawar dicelupkan pada kuah bubur agar manis sedikit rasanya. Baru, makan malam dengan nasi, lauk, dan sayur dimulai. Ingat, dahulu kan yang senior, baru kami junior boleh makan. Saat makan, posisi punggung harus menempel sandaran kursi. Tidak boleh ada suara karna gesekan sendok dan piring. Yang susah, sendok harus menuju mulut, bukan mulut yang menuju sendok. Ingat ya. yang masih lapar atau haus, izin dulu ke senior untuk nambah nasi, sayur, lauk atau air putih. Selesai makan, ditutup dengan buah (pisang kala itu). Ada juga cara khusus memakannya. Ambil satu buah pisang, pegang dengan tangan kiri dengan posisi poros buah -yang menempel tandan- di atas. Buka sepertiga kulit pisang. Ambil sendok yang digunakan untuk makan, potong sedikit bagian pisang paling atas, buang saja. Lalu potong pisang menjadi beberapa bagian. Pisang pun siap jadi santapan penutup makan malam. Apa guna bagian pisang yang dibuang? Agar menjaga nilai gizi buah pisang itu sendiri. Karna bagian pisang yang dibuang itu, bagian yang menempel dengan tandan, terkadang membawa getah tandan pisang.

Setelah santapan penutup habis, maka makan malam pun selesai. Alhamdulillah. Oh ya. Sebenarnya, ada batasan waktu makan. Ditandai dan diakhiri dengan bunyi sirine. Jika sirine kedua dibunyikan, kegiatan apapun harus dihentikan. Meskipun belum habis, belum minum, belum makan buah, harus diselesaikan. Jadi harus cepat makannya ya. Jangan lambat macam siput saja. Namun, karna kami belum terbiasa, sirine tak dibunyikan. Tandanya, tak ada batasan waktu makan. Asyiiiiiik. Kegiatan terakhir adalah do’a penutup, dan laporan jika makan malam telah selesai. And, this is the end of our special dinner.

Nah, istimewa bukan! Meski, ribetnya minta ampun. Susah dibayangkan tentunya. Mau makan saja pakai repot-repot seperti itu. Tapi, inilah militer. Inilah cara menikmati makan malam, agar yang melakukannya terbiasa dengan kedisiplinan. Disiplin dalam berbagai hal, mulai dari hal kecil seperti saat makan ini. Inilah sesungguhnya hikmah dan pelajaran yang diberikan kepada kami atau Karbol oleh para pimpinan Akademi. Agar kami terbiasa dengan satu hal. Satu kata kunci menggapai kesuksesan. Dan kata itu adalah… Disiplin!!!

Eh, terakhir neh. Ada satu yang unik. Tentang keberkahan. Berkah, apa tuh berkahnya? Ini dia. Bagi kami berkah bisa makan malam ala Karbol. Bagi Karbol berkah bisa makan malam laiknya orang biasa. Aku dan yang sahabatku tak bisa seketat itu dalam hal makan, meski kami harus mencoba untuk ikuti alur yang ada. Jadi berkahnya, kami bisa menjadi Karbol Angkatan Udara, meski hanya saat makan malam saja. Dan bagi para Karbol, ini jadi kesempatan bagi mereka untuk makan malam layaknya orang biasa. Akhirnya, sama-sama jadi berkah deh, hehehe. Semoga, memang ini benar-benar jadi berkah bagi kami. Amiin…

Sahabat …
Begitu lah Makan Malam “ala Karbol” yang Istimewa. Mau mencobanya? Silahkan daftar dulu jadi Karbol Angkatan Udara, di Jogja tentunya. Atau, ikut saja Program SM-3T Universitas Negeri Yogyakarta. Pasti bakalan keturutan makan malam istimewanya. Bukan Candle-light dinner, bukan Romantic Dinner, bukan pula Family Dinner. Namun, makan malam istimewa, makan malam “ala Karbol” Akademi Angkatan Udara Yogyakarta. Eh ingat… Bukan dalam rangka promosi ya!!! Jujur, tak ada maksud untuk promosi. Karna saya bukan Staff PR atau Promotion Staff di Universitas Negeri Yogyakarta, apalagi di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta. Selamat mencoba…!!!

                                                                                   Kala senja, 02 November 2011

Selasa, 06 November 2012

Akhirnya, datang juga…



Bersenang-senanglah karena hari ini akan kita ridukan, di hari nanti
Bersenang-senanglah karena waktu ini banggakan, di hari tua
Sebuah kisah klasik untuk masa depan
-Sheila on 7-
Sahabat…
Ku bingkiskan cerita ini spesial untuk keluarga besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Terima kasih telah menjadi bagian dari torehan sejarah hidupku. Terima kasih untuk semua kenangan, canda, tawa, duka, bahagia yang pernah kita rajut selama kurang lebih satu tahun ini. Semoga silaturrahim ini selalu terjaga. Do’akan kami agar sukses selalu. Do’akan juga kelak kita bisa bersama-sama kembali. Amiin…
K
amis, 18 Oktober 2012… Penantian panjang dan lama itu akhirnya tiba.  Kurang lebih sebelas bulan lamanya. Akhir masa tugas dan pengabdianku di tanah rencong, Nanggroe Aceh Darussalam. Gedung kantor, dewan guru, staff karyawan, serta siswa-siswa didikku menjadi saksi sejarah momen mengharukan sekaligus membahagiakan itu. Perpisahan Dewan Guru Program SM-3T Gelombang I dengan Keluarga Besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Panitia memberi nama kegiatan itu, kegiatan spesial yang sengaja dipersiapkan, meski mendadak, untuk melepas kepergian kami berdua.

Pukul 09.00 wib. Aku, temanku, dewan guru, staf, dan siswa telah memenuhi ruangan mungil itu. MC telah bersiap di mejanya. Begitu pula siswa yang akan tampil pada acara hiburan kegiatan itu. Laptop dan LCD proyektor standby, kami pun telah menempati kursi kehormatan yang disediakan panitia. Kursi yang biasa diduduki para wakil kepala sekolah saat kegiatan belajar-mengajar. Hanya kepala sekolah, Pak Ali, begitu sapaan akrabnya, yang tak kunjung datang jua. Alhasil, karaoke bersama dipilih sebagai alternatif menunggu Pak Ali datang. Beberapa lagu pun didendangkan, hingga tak terasa 45 menit berlalu, hingga datanglah Pak Ali. Tak berlama-lama, begitu kepala sekolah menempati kursi kehormatannya, Masnila, si MC berdiri, mengucapkan salam, membacakan tertib acara, dan memulai kegiatan.

Lafadz basmalah, menjadi pembuka acara bersejarah itu. Lantas dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Burhan, siswa kelas XI IPA. Berikutnya, sambutan oleh ketua OSIS, Ali Asah. Entah kenapa, bukan Leni Handika, ketua OSIS baru yang memberikan sambutan. Mungkin karena belum resmi dilantik, plus ia seorang perempuan. Satu kalimat singkat, pesan Ali Asah, mampu menggetarkan hati, bahkan sebenarnya mampu mengeluarkan tetesan air jernih dari mataku. “Jadikan perpisahan ini bagaikan air dengan air, dan jangan jadikan perpisahan ini bagaikan batu dengan batu”, kata Ali Asah. Ringan tapi sarat makna. Apa artinya? Jika air dengan air, pasti suatu saat akan berjumpa kembali. Bukan batu dengan batu, yang jika dipisahkan, tak kunjung berjumpa lagi. Ya, air dengan air. Entah itu kami yang akan kembali ke sekolah, atau mereka -siswa- yang akan menyusul kami di jawa, melanjutkan studi. Begitulah janji yang ia berikan, sebagai perwakilan siswa.

Kegiatan dihentikan sejenak, diisi dengan tari saman -kesenian khas Gayo Lues- persembahan para Arjuna dari kelas XII IPA dan IPS. Kesenian daerah yang pasti selalu ditampilkan, saat ada acara-acara besar di sekolah, plus di masyarakat Tripe Jaya khususnya, dan Gayo Lues pada umumnya. Syair lagunya cukup menarik, meski aku tak mampu menyerapnya 100 persen, dikarenakan menggunakan bahasa Gayo, yang 11 bulan disana belum aku kuasai juga. Tapi intinya, mereka berterima kasih atas jasa-jasa kami, yang rela dan ikhlas datang jauh-jauh dari Jogja, untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa di penjuru tanah air.

Selesai tari saman, acara diteruskan dengan sambutan perwakilan dewan guru, oleh Khairani Hanum, SS –wakil kepala sekolah urusan kurikulum- dan kepala sekolahku –Muhammad Ali, S.Pd-. Terakhir, sambutan dariku, sebagai perwakilan dewan guru Program SM-3T Gelombang I. Tak ada yang spesial dari sambutan kami bertiga. Tapi tetap mengguhah semangat dan sarat nasehat untuk kami berdua, yang muda, dan masih butuh banyak belajar dari mereka. Hanya saja, air mataku menetes kala aku ucapkan kalimat terakhir di sambutan singkatku. Kerinduan akan ayah, ibu, keluarga, dan kampung halaman lah alas an kenapa air mataku menetes. Ya, sebelas bulan berpisah bukan waktu yang sebentar bagiku. Meski, bagi yang lain sangatlah singkat.
Pembacaan puisi oleh Jhon Supratman, yang bertemakan guru, mengisi acara berikutnya. Lantas ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Syukur, S.Pd.I -guru pai sekolah, yang juga sahabat terdekat kami di sekolah-. Do’a penutup inilah yang yang memulai hening keharuan kami semua. Tak terasa, air mata kami menetes membasahi pipi, begitu do’a disampaikan. Dan. Suasana semakin mengharukan, penuh tangisan dan tetesan air mata, begitu selepas do’a kami berjabat tangan dengan para guru dan siswa. Jabat tangan terakhir yang bisa kami rasakan, kami lakukan, di sekolah ini, SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Begitu pula denganku. Apalagi saat kujabat dan kupeluk erat rekan sekaligus guru kami, dewan guru sekolah -yang laki-laki-. Keringat bercampur air mata membasahi pipi, wajah, dan pakaianku.

Air mata terusap, hening keharuan terhenti, meski belum sepenuhnya terhenti, kala acara dilanjutkan dengan pemberian cinderamata dan kenang-kenangan dari OSIS, Kelas, dan Sekolah kepada kami berdua. Bukan dari isi tentunya yang kami lihat, tapi bukti rasa kekeluargaan mereka dengan kami yang sudah terjalin cukup lama. Kami pun memberikan cinderamata kepada sekolah, sebagai kenang-kenangan, yang kami harapkan mampu menjadi obat pelipur kerinduan kepada kami di episode-episode berikutnya. Lantas, ditutuplah acara inti itu dengan bacaan Hamdalah bersama, Alhamdulillahirobbil’alamin.

Hiburan menjadi rangkaian acara terakhir dalam kegiatan ini. Ada empat jenis hiburan yang sengaja dipersiapkan oleh siswa dan guru untuk kami berdua. Pertama kami disuguhkan dengan penampilan tari kreasi modern oleh srikandhi-srikandhi kelas X. Tari kreasi dengan baksound lagu Assalamu’alaikum yang biasa dinyanyikan Opick ini khusus dipersiapkan oleh Maria Herla, Murdawati, Hani Ulan Dari, Jari, dan Maulida dengan bimbingan Bu Umi Selamah, S.Sos.I. Meski dengan muka yang kurang ceria, karena menangis sebelumnya, mereka tetap atraktif membawakan tari modern itu.

Tari kreasi selesai, disambung dengan drama singkat persembahan kelas XII IPA. Drama tentang bagaimana kami berdua mengajar di sekolah. Mulai saat kami diperkenalkan di sekolah, hingga saat terakhir kami mengajar. Adalah Rouf Hidayat sebagai aku, dan Ali Imran sebagai Pak Tri, temanku. Rian Wahyu Widodo sebagai kepala sekolah, dan Mahyudin, Saniar, Sri Wahyuni, serta Jhon sebagai siswa. Meskipun tak 100 persen sesuai dengan cara kami mengajar, setidaknya itu sudah mampu membuat tertawa seisi ruangan. Hiburan ketiga adalah paduan suara dari wanita-wanita tangguh kelas XI IPS, kelas kebanggaanku. Kelas dengan siswa didikanku saat masih duduk di bangku kelas X, karna aku wali kelasnya. Lagu terima kasihku dengan bangga dinyanyikan mereka. Meski sekilas, namun lagu itu sumbangan sekaligus ungkapan rasa terima kasih siswa kepada guru-gurunya. Bukan hanya kami, namun bagi semua guru, pendidik dimana pun berada.

Suguhan terakhir cukup fenomenal. Adalah Syaifullah Ikhsan, ST -guru TIK dan Seni Budaya- sebagai aktornya. Beliau buatkan slide video singkat tentang bagaimana kami mengajar, bagaimana kami aktif di berbagai kegiatan sekolah, juga bagaimana kehidupan kita sehari-hari. Mengesankan. Meski singkat, tapi membuat aku ingin terus melihatnya. Bingkisan unik yang menjadi bukti sejarah, bahwa kami pernah menjadi bagian dari keluarga besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Meski hanya dalam waktu 11 bulan.

Lepas acara perpisahan, masih ada acara lanjutan. Adalah makan siang bersama seluruh dewan guru, OSIS, dan tamu undangan yang hadir serta foto bersama. Ada Bu Rina, Pak Budi, dan Pak Setiono, tiga guru program SM-3T Gelombang II Kec. Tripe Jaya, serta suami Bu Umi. Paling terakhir, sesi foto bersama dewan guru SMA Negeri 1 Tripe Jaya, foto bersama dewan guru SM-3T Gelombang I-II, Guru SM-3T dengan siswa, dan yang lainnya. Foto-foto sebagai kenang-kenangan untuk kami berdua yang esok akan meninggalkan sekolah, Rerebe, Tripe Jaya, Gayo Lues, dan Aceh untuk kembali ke Jawa, ke kampong halaman, dan kepangkuan ayah ibu.

Sahabat…
Akhirnya datang juga. Kisah indah di saat-saat terakhir kebersamaan kami dengan keluarga besar SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Kisah tentang kegiatan perpisahan kami, guru Program SM-3T Kecamatan Tripe Jaya, Kabupaten Gayo Lues, Aceh, Indonesia. Kisah yang ku bingkiskan sebagai kado untuk aku pribadi, guru-guru SM-3T, dan mereka keluarga kecilku, SMA Negeri 1 Tripe Jaya. Semoga engkau semakin Jaya…!!!

                                                           
                                                                                     Jum’at Kliwon, 02 November 2012